Tomohon, BeritaManado.com — Ex Direktur Rumah Sakit Umum Bethesda Tomohon Dr Ramon Amiman memberikan klarifikasi sekaligus penegasan bahwa selama memimpin rumah sakit kebanggan Gereja Masehi Injili di Minahasa ini, dirinya hanya mengutamakan kesejahteraan seluruh karyawan dan juga kemajuan rumah sakit.
Demikian ungkapan pembukaan konferensi pers terbatas yang dilakukan Dr Ramon Amiman bersama dua direksi yang diberhentikan Yayasan Medika yaitu Dr Maryo Moningka Sp Rad dan Dr Ellaine Wenur MKes.
Dalam konferensi pers tersebut, Dr Ramon Amiman membeberkan sejumlah hal yang menjadi tanggapan dari apa yang sudah disampaikan pihak Sinode GMIM dan Yayasan Medika terkait pemberhentian tersebut.
Mengenai loyalitas, Dr Ramon Amiman mengatakan bahwa dirinya sebagai purnawirawan Polri sangat menjunjung tinggi loyalitas pada atasan, namun bukan loyalitas buta yang dapat menuruti semua permintaan atasan namun pada akhirnya menyusahkan orang lain.
Mengenai pernyataan pimpinan Sinode GMIM dan Yayasan Medika yang mengatakan sebelum dilakukan pemberhentian telah berlang kali diberikan panggilan, Dr Ramon Amiman menjelaskan bahwa yang ad aitu adalah surat peringatan pertama dan kedua.
“Yang kami direksi ketahui adalah surat peringatan itu diberikan berkaitan dengan realisasi pengembalian insentif 3 persen dan sentralisasi, namun mengenai hal itu sudah tuntas diselesaikan hingga Desember tahun 2021. Insentif 3 persen ini merupakan persetujuan antara pihak RSU GMIM Bethesda Tomohon bersama pengurus Yayasan Medika yang lama. Untuk panggilan terkait pemberhentian, tidak ada surat di secretariat RSU GMIM Bethesda Tomohon,” jelas Dr Ramon Amiman.
Terkait anggapan bahwa direksi telah melakukan kesalahan penggunaan anggaran, Dr Ramon Amiman juga memberikan klarifikasi, bahwa pihaknya sangat terbuka bagi pihak manapun yang ingin melakukan audit penggunaan keuangan RSU GMIM Bethesda Tomohon.
“Persoalannya, selama masa kepemimpinan saya di RSU GMIM Besthesda Tomohon, pihak Yayasan Medika saat ini belum pernah melakukan pemeriksaan atau audit keuangan. Jadi darimana dasar mereka mengatakan kami direksi melakukan penyalahgunaan anggaran,” tandasnya.
Untuk hal-hal mengenai pembangunan rumah sakit itu sendiri, Dr Ramon Amiman mengatakan pernah memberikan proposal ke pihak Yayasan, namun diakuinya pada akhir-akhir menjelang direksi diberhentikan memang tidak ada informasi disampaikan.
Untuk kendaraan operasional jenis Hiiace dan Toyota Camry yang saat ini terparkir di Kantor Yayasan Medika, ditegaskan Dr Ramon Amiman bahwa itu adalah asset dari RSU GMIM Bethesda yang diadakan dengan menggunakan dana sendiri.
“Jadi kami juga tidak paham mengapa dua kendaraan itu ditahan, semetara rumah sakit lainnya dibawah naungan Yayasan Medika tidak dilakukan hal serupa. Jadi sekali lagi saya tidak paham mengapa itu terjadi. Hal itu terjadi saat Yayasan Medika melakukan registrasi kendaraan operasional untuk seluruh rumah sakit,” ucapnya.
Pada pertemuan terbatas dengan insan pers tersebut, disebutkan juga bahwa memang pada awal kepemimpinan Dr Ramon Amiman, kondisi keuangan RSU GMIM Bethesda sangat mengkhawatirkan, terlebih yang berkaitan dengan kesejahtreaan karyawan.
Maka diambilah langkah berani, dengan mengajukan permohonan pinjaman dana ke pihak Sinode GMIM sebanyak 3 kali, yaitu Agustus 2019 sebesar Rp 3,2 milyar, Juni 2020 Rp 1,6 milyar dan Februari 2021 Rp 2 milyar.
“Pinjaman ini telah kami kembalikan ke pihak Sinode GMIM dengan disertai bunga pinjaman sebesar 2 persen dan itu sudah tidak ada masalah. Hal ini juga sejalan dengan semua kewajiban yang harus diselesaikan RSU GMIM Bethesda Tomohon,” katanya.
Setelah Dr Ramon memberikan penjelasan terkait pemberhentian direksi RSU GMIM Bethesda Tomohon, sejumlah wartawan pun langsung memberikan pertanyaan sekaligus mendapatkan penegasan dan kesimpulan dari hal-hal yang telah terjadi.
Terkait sentralisasi pertama yang diberikan yaitu sebesar Rp 50 juta telah diselesaikan pada periode tahun 2019-2020 dengan pembagian Rp 30 juta ke Sinode GMIM dan Rp 20 juta untuk Yayasan Medika.
Kemudian seiring perjalanan waktu dimana Sinode GMIM membutuhkan dukungan dana untuk membayar gaji pendeta dan guru agama, maka RSU GMIM Bethesda menyanggupi dana sentralisasi sebesar Rp 4,2 milyar untuk tahun 2021 dan itu sudah diselesaikan.
Didesak wartawan apakah pemberhentian direksi RSU GMIM Bethesda terkait permintaan sentralisasi sebesar Rp 500 juta sebulan yang tidak disetujui pihak RSU GMIM Bethesda, Dr Ramon Amiman mengatakan bahwa mungkin itu salah satu pertimbangannya.
“Mungkin saya dianggap bandel sehingga diambilah keputusan tersebut. Namun perlu saya tekankan disini bahwa di lingkungan TNI atau Polripun jika ada pemberhentian tidak dalam waktu sekejap seperti ini. Bagi saya ini sama saja dengan kudeta. Mana mungkin pelantikan direksi baru hanya tinggal sekitar 1,5 jam sementara kami diminta harus menyelesaikan laporan administrasi rumah sakit,” tegas Dr Ramon Amiman.
Sebagai penutup dari jumpa pers tersebut, Dr Ramon Amiman menyampaikan bahwa pada dasarnya dirinya diminta secara baik-baik untuk bergabung dengan RSU GMIM Bethesda Tomohon. “Saya diminta datang dengan baik-baik, maka kalau bisa saya juga pulang dengan cara yang sama, bukan seperti yang sudah terjajdi.
Kemudian untuk aksi demo karyawan, Dr Ramon memberikan kesimpulan bahwa hal itu terjadi secara spontan dan bukan atas perintah dirinya.
“Waktu saya menerima informasi bahwa akan ada pergantian direksi RSU GMIM Bethesda yang baru, saya tidak bicara apa-apa kepada kakryawan dan langsung keluar dari ruangan kantor menuju mobil untuk pulang ke rumah serta tidak ada komando untuk menggelar aksi demo. Kalau saya mau, keadaannya bisa lebih dari yang sudah terjadi,” tuturnya.
(Frangki Wullur)