Manado, BeritaManado.com –Penyakit lupus bisa dialami segala usia, termasuk anak-anak.
Namun dalam proses pengobatan terhadap pasien lupus anak dinilai memiliki lebih beragam persoalan.
“Sebetulnya kita harus mengetahui berbagai macam permasalahan pasien lupus pada anak,” kata ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Yogyakarta dr. Sumadiono, Sp.A (K).
Hal tersebut dijelaskan dr Sumadiono dalam webinar Gathering Nasional Hari Lupus Dunia 2021, Senin (10/5/2021).
Persoalan pertama adalah terkait data, di mana terkadang diagnosis penyakit terhadap anak tidak jelas sehingga pendataan riwayat sakit anak juga tidak terperinci.
Dokter Sumadiono menjelaskan, memang tidak mudah menegakan diagnosa terhadap lupus yang dikenal sebagai penyakit 1000 wajah.
“Kita tahu (lupus) menyerang berbagai macam organ tubuh,” ujar Sumadiono.
Selain itu, obat-obatan untuk pasien lupus bukan perkara mudah.
Selain tidak seluruhnya ditanggung BPJS, pemerataan tiap daerah juga belum terjadi sehingga pasien terkadang harus menunggu untuk dapat stok obat atau kalaupun ada harus membeli dengan harga mahal.
“Hanya sedikit yang ditanggung (BPJS), ini kenyataannya. Kemudian juga bagaimana manajemen komprehensif beberapa obat-obatan kadang tidak ada di rumah sakit, kadang tidak ditanggung, dan pasien harus beli di luar. Ini tentu jadi beban yang luar biasa,” kata Sumadiono.
Dilansir dari Suara.com, jaringan BeritaManado.com, anak yang didiagnosa sakit lupus juga berisiko mengalami masalah tumbuh kembang.
Dokter Sumadiono mengatakan, banyak anak yang akhirnya obesitas atau malnutrisi atau juga menjadi perawakan pendek.
Kondisi itu diakibatkan gangguan tulang dan organ lainnya yang terserang lupus.
“Permasalahan yang muncul lainnya adalah transportasi, tempat tinggal, gangguan psikologi, psychiatry, mobilitas atau pergerakan, dan masalah rehabilitasi medis,” pungkas Sumadiono.
(Suara.com/SriSurya)