
Manado, BeritaManado.com — Pandemi Covid-19 diprediksi belum berakhir pada 2021.
Masyarakat diharapkan jeli memilih bisnis, mengingat perputaran ekonomi masih jauh dari stabil akibat wabah corona.
Meski demikian, ada satu bisnis yang paling menjanjikan dewasa ini.
Dan itu bisa dilakukan siapa saja asal mau tekun menggelutinya.
Pengamat Ekonomi dan Ritel, Abraham Meoko melihat jual beli makanan sangat primadona terkhusus di Sulawesi Utara.
Sebagai pekerja yang selalu keliling Indonesia, Abraham Meoko banyak mendapat testimoni soal kelezatan kuliner dari bumi nyiur melambai.
“Makanan orang Manado itu enak-enak dan teman-teman saya mengakui,” kata Abraham Meoko kepada BeritaManado.com, baru-baru ini.
Menurut dia, bisnis bisa dimulai dengan modal kecil dan diawali di area sekitar tempat tinggal.
Apalagi saat ini penjualan didukung dengan media sosial (medsos) sehingga semakin mudah.
“Sekarang sudah banyak, plus berikan pengantaran gratis. Ini salah satu bisnis yang mengatasi solusi orang. Mereka tidak perlu keluar membeli,” kata Abraham.
Dikatakan, sangat keliru jika ada warga pesimis duluan melihat penjualan makanan online sudah menjamur.
“Orang selalu butuh makan. Jadi bisnis ini tidak akan pernah habis. Dan ingat, setiap penjual akan memiliki pembelinya masing-masing. Tinggal bagaimana kita mengelola itu,” pesannya.
Berbicara lebih luas lagi, Abraham mengajak warga lokal yang memiliki modal berani memasarkan produk ke level nasional.
“Saya melihat kedepan frozen food akan populer. Silakan ini dikembangkan, dan lihat produk apa yang punya potensi,” bebernya.
Ia sedikit memberikan saran bagi para milenial yang ingin terjun dalam dunia usaha.
Meoko mengatakan, hal pertama adalah melihat kebutuhan pasar dan tempat memasarkan produk tersebut.
“Buatlah bisnis yang bisa menjadi solusi atas permasalahan orang lain. Saya contohkan aplikasi Gojek yang menjadi jawaban atas kemacetan ibukota,” terangnya.
Berikut kata Abraham, adalah pemilihan nama produk.
Ia menyarankan tidak terlalu panjang atau maksimal hanya tiga suku kata.
“Lihat, semua brand yang berhasil sampai sekarang nama produknya tidak panjang,” tandasnya.
Pengamat Ekonomi, Dr Frederik Gerard Worang juga sependapat.
Menurut dia, banyak produk Sulut yang belum dikemas maksimal.
Padahal permintaan dari luar sangat banyak.
Worang menceritakan, suatu waktu ia pernah memposting di instagram masakan abon cakalang dari Sulut.
“Dan responnya luar biasa. Banyak bertanya dan langsung memesan. Bahkan tidak sedikit kawan-kawan dari luar negeri,” beber Worang.
Ia menjelaskan, makanan asal Sulut beraneka pilihan.
Sayang, pemasaran masih belum dikondisikan dengan baik.
“Dabu-dabu roa di mal-mal Jakarta beda rasanya. Karena yang masak orang sana bukan dari Manado. Coba kalau pasaran kita bisa tembus keluar, jangan melulu konsep kita dicontek orang lain,” katanya.
Worang berharap kedepan ada strategi pemerintah membantu UMKM Sulut.
“Sebab kalau mau besar dan sukses, pasaran harus naik level. Jangan meluli di daerah sendiri,” tandasnya.
(Alfrits Semen)