
Tomohon, BeritaManado.com – Sulawesi merupakan salah satu pusat keanekaragaman hayati dunia.
Namun kini terancam dengan beberapa tekanan dan keadaan di masyarakat seperti perdagangan satwa liar, perburuan dan juga fakta bahwa satwa kehilangan habitat aslinya.
Perburuan yang diperuntukkan untuk konsumsi menjadi salah satu faktor dari menurunnya populasi satwa liar di Sulawesi Utara.
Ini mengakibatkan kepunahan spesies yang dilindungi secara lokal seperti pada Anoa dan Babi rusa di area jelajah aslinya dan juga merupakan salah satu ancaman terbesar dari Macaca nigra atau Yaki yang merupakan satwa yang dilindungi dan kini berstatus Critically Endangered oleh IUCN dalam daftar spesies terancam punah.
Selain itu, penurunan populasi satwa berpengaruh pada pertumbuhan hutan yang penting untuk menjaga keseimbangan ekosistem.
Menurut United Nation pada tahun 2016 perdagangan satwa liar diperkirakan mencapai 7–23 juta dolar Amerika setiap tahunnya.
Hal ini menimbulkan kekuatiran pemerhati lingkungan bahwa tingginya perdagangan terhadap satwa akan memicu tindakan yang berbahaya termasuk perdagangan satwa yang ilegal.
Koordinator Edukasi Selamatkan Yaki Program, Purnama Nainggolan dalam rilis ke redaksi BeritaManado.com, Jumat (6/11/2020) mengatakan, tantangan utama dalam menghentikan perdagangan satwa liar termasuk di dalamnya satwa endemik atau terancam atau dilindungi adalah kurangnya pengetahuan dan informasi masyarakat tentang keberadaan serta peran penting satwa di hutan, yang mengakibatkan kurangnya rasa bangga, tidak perduli dan tidak mau melindungi satwa.
Selain itu ada juga faktor kurang efektifnya penegakan hukum untuk menindak perdagangan satwa liar di pasar tradisional.
“Beragam tantangan ini mengharuskan upaya pencegahan eksploitasi satwa yang terancam dengan sebuah kolaborasi antar pihak di Sulawesi Utara,” ujar Purnama.
Untuk itu saat ini pihaknya berusaha melakukan kegiatan yang menarik minat warga dengan ide “Bekeng Sulut Bangga”.
Bagaimana menciptakan rasa bangga untuk kemudian peduli tanpa menggerus kepentingan ekonomi warga.
Selamatkan Yaki berusaha mengurai fakta dengan melihat pola konsumsi di pasar, melihat kepentingan penjual dan pembeli, supply demand, menganalisa conflictof interest antara kebutuhan ekonomi, pariwisata dan lingkungan.
Salah satu yang menarik adalah melihat keberadaan Pasar Tomohon yang menjual satwa liar dan dikenal sebagai pasar ekstrim sebagai salah satu atraksinya dalam menarik wisatawan.
Namun ke depannya sebutan pasar ekstrim tidak akan digunakan lagi.
Bahkan Dirut PD Pasar Beriman Tomohon Noldy Montolalu mengatakan, akan segera mencabut plang Pasar Ekstrim yang terpancang di Pasar Tomohon sebagai Langkah awal menjadikan pasar ini ramah lingkungan.
Sebelumnya, pada Januari 2020, Selamatkan Yaki telah melaksanakan meeting para pihak yang memunculkan sebuah strategi mitigasi satwa liar yang salah satunya adalah mengikutsertakan penjual dan pemburu sebagai kelompok target dalam menghentikan penjualan satwa liar untuk dikonsumsi.
Pekerjaan besar menunggu, bagaimana membangun sinergi semua pihak untuk mendukung manajemen pasar tradisional yang pro lingkungan, tanpa merusak aspek ekonomi para pedagang di pasar Tomohon dan pasar lainnya.
(***/Finda Muhtar)