Minut, BeritaManado.com – Apresiasi diberikan Kementerian Pertanian Indonesia kepada pencapaian ekspor komoditas pertanian Sulawesi Utara (Sulut) yang tahun 2019 mencetak rekor baru, dimana tembus ke-46 negara.
“Tahun lalu hanya sekitar Rp106,7 miliar, sedangkan sampai bulan ini sudah mencapai sekitar Rp1 triliun,” kata Ali Jamil, Kepala Badan Karantina Pertanian saat melepas 6 komoditas pertanian dari Sulut senilai Rp19 miliar ke mancanegara di Pelabuhan Bitung (20/9/2019).
Ali Jamil bangga, pencapaian ekspor komoditas pertanian dari Sulawesi Utara naik drastis.
Apresiasi tersebut diwujudkan dalam berbagai kemudahan layanan perkarantinaan bahkan sistem jemput bola, melalui layanan pemeriksaan di tempat pemilik.
Usai dari Pelabuhan Bitung, Ali Jamil dan rombongan bertolak ke di PT Royal Coconut (Poleko) di Kelurahan Saroinsong I Kecamatan Airmadidi.
Jamil mengajak kepada para pelaku industri agar membagi hasil keuntungannya sebagian untuk petani agar petani juga bisa meningkatkan kualitas hasilnya.
“Kita bangun terus, perbaiki dan pertahankan 3K, kualitas, kuantitas dan kontinuitas,” ungkap Jamil.
Pada kesempatan itu, Ali Jamil menyempatkan diri memantau proses pengelolaan kelapa di PT Royal Coconut (Poleko).
“Kedepan perusahaan bisa mengembangkan produk turunan kelapa lainnya. Karena kepala itu dari akar sampai ujung daunnya itu berfungsi, bahkan produk turunannya bisa mencapai 50 produk seperti air kelapa, lidi, tempurung, berbagai kerajinan, dan lainnya,” pesan Jamil.
Untuk menggairahkan petani Sulut, pemerintah memapresiasi berupa bantuan baik benih maupun teknologi
“Kita di lingkup Kementerian Pertanian bahu membahu memberikan dorongan baik di tingkat petani maupun pengusaha. Sehingga jika petani dan pengusaha membutuhkan bantuan silahkan disampaikan, nanti kami akan membantu mendorong hingga ke tingkat kementerian,” ujarnya.
Jamil menambahkan, ekspor komoditas pertanian yang disertifikasi karantina melalui lima wilayah kerjanya yaitu Bandara Internasional Sam Ratulangi, Pelabuan Manado, Bitung, Tahuna dan Malongguane pada tahun 2019 sampai dengan bulan September tercatat sebanyak 477 ribu ton dengan tujuan ke 46 negara.
Ekspor tersebut mencakup 30 jenis komoditas yang nilainya mencapai Rp1 triliun.
Angka tersebut jauh dibandingkan tahun 2018 yang menurut Junaidi hanya sebanyak Rp106,7 miliar.
Sedangkan pada kesempatan tersebut Jamil melepas ekspor komoditas asal Sulut sebanyak 6.947 ton atau senilai Rp19,4 miliar yang terdiri dari komoditas tempurung kelapa, fully, kopra expeller, cengkeh dan nutmeg (biji pala).
“Semua hambatan kita dorong bersama, selesaikan bareng-bareng ini kepentingan nasional ko, laporkan ya kalau ada kendala apa,” tegasnya.
Ekspor tersebut dikirim ke 13 negara mitra dagang diantaranya seperti Rusia, Jerman, UK, Australia, Hongkong, India, New Zealand, China dan Belanda.
“Sesuai arahan presiden, program peningkatan investasi dibidang pertanian terus didorong peningkatannya. Kementan sendiri lewat Barantan pada 18 September lalu mengundang tidak kurang dari 172 calon investor, khusuanya di bidang fumigasi, kemasan kayu, rumah walet dan pemrosesan sarang walet agar menambah investasinya. Barantan berjanji memberikan kemudahan dalam berbagai bidang untuk meningkatkan inveatasi dan ekspor dibidang tersebut,” pungkas Jamil.
Sementara, Kepala Balai Karantina Pertanian Kelas I Manado Junaidi menjelaskan, setidaknya ada lima kebijakan yang saat ini sedang dijalankan.
Diantaranya proses layanan yang melalui Online Single Submission (OSS), layanan informasi peta komodutas pertanian ekapor (iMace), inovasi health and phytosanitary certificate (e-Cert), layanan in line inspection dan program pelatihan bagi calon eksportir milenial melalui Agro Gemilang.
Terpisah, Direktur Utama PT Royal Coconut Azhar mengapresiasi perhatian Kementerian Pertanian atas ekspor komoditi kelapa Sulut serta pelayanan prima pihak kementerian yang memudahkan perusahaan dalam mengekspor produk, salah satunya prngurusan sertifikat secara online.
Azhar menjelaskan, PT Royal Coconut merupakan eksportir lama yang sudah mengekspor ke 82 negara baik di Eropa, Afrika Utara, Afrika Selatan, Amerika dan berbagai belahan dunia.
PT Royal Coconut cabang Minahasa Utara sedikitnya memproduksi 350 ton kelapa per hari, dan untuk cabang Gorontalo memproduksi 250 ton kelapa per hari dengan bahan baku dari petani lokal dan penyuplai.
“Tentu saja bangga, ini kali kedua perusahaan melepas ekspor dan disaksikan langsung pihak kementerian. Beberapa bulan lalu di Gorontalo juga dilepas oleh Pak Menteri. Saat ini kita lagi membangun fasilitas untuk memproduksi santan kelapa dan air kelapa. Bertahun-tahun kita sudah membuang air kelapa. Mudah-mudahan akhir tahun ini fasilitas sudah siap, untuk mesin produksi siap supaya menambah volume produksi,” jelas Azhar yang mempekerjakan sekitar 600 karyawan dan prioritas warga lokal.
Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Sulut Hengky Gerungan menambahkan, dukungan pemerintah pusat dalam produksi komoditi andalan Sulut, salah satunya kelapa akan menjadi semangat baru bagi petani kelapa yang sekarang sedang menjerit akibat anjloknya harga kopra.
“Harapan baru petani Sulut, karena kita ingin harga produk kita naik sehingga kesejahteraan petani ada. Inilah usaha pemerintah untuk melirik produk unggulan kita di Sulut. Berharap kedepan pengusaha lebih meningkatkan kulitas produk andalan Sulut untuk diekspor supaya permintaan pasar meningkat. Saya juga baru tahu ternyata produk turunan kelapa itu ada banyak. Dan ini kesepatan bagi petani Sulut untuk menjual kelapa dengan harga yang lebih baik,” harap Gerungan.
(Finda Muhtar)