Manado – Pro kontra terkait penerapan fullday school terus berkembang di masyarakat hingga kini.
Pihak yang menolak menyebut para siswa dijadikan robot oleh sistim ini serta menambah pengeluaran orangtua karena uang jajan yang harus diberi lebih, sedangkan yang mendukung sistim ini menganggap, siswa akan lebih mudah dikontrol terutama dari segi pergaulan, seperti yang berkembang belakangan ini di media sosial.
Terkait hal ini, salah satu tenaga pendidik Kristen di salah satu sekolah di kota Manado, Devis Pinontoan SPdK kepada BeritaManado.com menyatakan keprihatinannya atas komentar miring yang terus ditujukan bagi penerapan sistim fullday school.
“Dengan adanya fullday school ini sebenarnya sangat membantu orangtua untuk mengontrol aktivitas anak mereka,” ujar Devis.
Lanjutnya, dengan aktivitas anak yang kurang lebih 8 jam didalam sekolah, anak dikontrol penuh oleh pihak sekolah dan itu menjadi nilai plus untuk orangtua supaya tidak berpikir macam-macam dengan pergaulan anak yang diluar pengawasan mereka,” jelas Devis.
Dengan penerapan fullday school, kata Devis, tak hanya siswa yang harus membiasakan diri, tapi juga para guru sehingga masing-masing guru dituntut untuk membekali diri dengan berbagai kemampuan penunjang agar anak didik tidak bosan tapi justru nyaman di sekolah tanpa merasa terbebani.
“Saya pun sebagai pendidik Kristen diarahkan dan diberi tanggungjawab untuk lebih mengenal dan mengontrol karakter anak,” tambahnya.
Meski demikian, diakui Devis, fullday school memang menguras tenaga sehingga butuh waktu bagi para siswa membiasakan diri dan belajar menerima manfaat dari sistim ini.
“Disisi lain, dengan adanya fullday school ini mengajarkan pentingnya hubungan mereka dengan Sang Pencipta, hubungan mereka dengan sesama (dalam arti bukan hanya manusia tapi seluruh makhluk ciptaan Tuhan), menggerakkan pengetahuan mereka serta mengembangkan keterampilan yang dimiliki anak didik,” jelas Devis.
Mahasiswa Pasca Sarjana Sekolah Tinggi Agama Kristen Negeri (STAKN) Manado ini pun menyampaikan, sosialisasi terhadap fullday school pun dirasa perlu lebih dimaksimalkan agar pemahaman orangtua, tenaga pendidik anak didik dan para pemangku kepentingam dapat disatukan.
“Perlu adanya komunikasi yang lebih baik agar kita masing-masing paham akan sistim ini, lagipula pelaksanaannya hanya 5 hari dan siswa punya Sabtu dan Minggu untuk bersama dengan keluarga seharian,” tutupnya. (srisurya)