Langowan – Tanggal 4 September 1997 silam, dunia dikejutkan dengan meninggalnya seorang biarawati asal Kalkuta India. Biarawati tersebut sangat populer dengan nama Bunda Theresa. Paus Yohanes Paulus II saat itu langsung menunjuk seorang Kardinal untuk memproses data dan fakta mengenai Bunda Theresa.
Data yang dihimpun dari berbagai sumber menyebutkan bahwa proses beatifikasi dimulai pada tahun 1999 dan pada 19 Oktober 2003, Paus Yohanes Paulus II bertempat di Basilika St. Petrus Vatikan resmi diberikan gelar Beata. Nama asli Bunda Theresa adalah Agnes Gonxha Bojaxhiu. Gonxha sendiri berarti kuncup mawar atau bunga kecil di Albania).
Agnes lahir pada tanggal 26 Agustus 1910 di negara yang saat ini dikenal dengan Makedonia. Namun demikian Agnes sendiri menganggap dirinya berulan tahun pada 27 Agustus karena bertepatan dengan hari dimana ia dibaptis.
Pada usia 12 tahun, Agnes merasa yakin dan berkomitmen terhadap panggilan untuk melayani orang-orang miskin. Setelah memantapkan diri, Agnes meninggalkan rumah dan keluarga dan bergabung dengan suster-suster di Biara Loreto sebagai misionaris Cinta Kasih.
Di awal panggilan hidupnya, Agnes belajar bahasa Inggris sebelum mengajar anak-anak sekolah di India. Ia sendiri tiba di India tahun 1929. Masa Novisiat dijalani di Darjeeling dekat pegunungan Himalaya, yang juga menjadi tempat belajar bahasa Bengali dan mengajar di Sekolah St. Theresa.
Kaul pertama diikrarkan pada tanggal 24 Mei 1931 dengan memilih nama Therese de Lisieux dengan ejaan Spanyol Theresa. Hal itu diambil karena di biara tersebut sudah ada suster yang menggunakan nama Therese de Lisieux.
Sumpah suci atau yang biasa dikenal dengan istilah Kaul Kekal dilakukan pada 14 Mei 1937. Di Biara Loreto Theresa mengajar anak-anak di sekolah selama kurang lebih 20 tahun. Berkat dedikasinya, Theresa diangkat menjadi kepala sekolah.
Banyaknya orang miskin dan kelaparan di Kalkuta membuat Theresa terganggu. Tahun 1946 Kalkuta dilanda konflik antara komunitas Hindu dan Islam. Singkat cerita, tanggal 10 September tahun yang sama, Theresa mengalami panggilan saat sedang bepergian dengan sebuah kereta api ke Biara Loreto untuk mengikuti retret tahunan.
Kata “saya haus” menjadi ungkapan yang terus mendengung di telinga dan hatinya. Theresa pun mengikuti kata hatinya untuk menolong orang-orang miskin yang tergeletak di pinggir-pinggir jalan bahkan hingga ke depan pagar dan pintu gerbang Biara Loreto.
Bulan Oktober 1950, Theresa mendapatkan izin dari Vatikan untuk mulai mendirikan sebuah kongregasi keuskupan yang diberi nama Misionaris Cinta Kasih. Misinya aalah untuk merawat yang lapar, telanjang, tunawisma, cacat, orang tua, orang buta, penderita kusta dan siapa saja yang menurut sebagian orang tidak lagi dianggap sebagai sesama manusia.
Karya pelayanan perempuan yang bagi orang India khususnya Kalkuta akrab dipanggil Bunda Theresa itu sanggup menggemparkan dunia. Bahkan menurut Pastor Frans Rares MSC saat memimpin Perayaan Ekaristi di Gereja Katolik St. Petrus Langowan, Minggu (4/9/2016) pagi, sebelum kematiannya banyak orang dari berbagai belahan dunia termasuk para pemimpinnya datang ke Kalkuta hanya untuk bertemu dengan Bunda Theresa.
“Kini setelah 19 tahun meninggal dunia tepatnya 4 September 2016, Vatikan merampungkan proses penyelidikan segala sesuatu tentang Bunda Theresa. Oleh Paus Fransiskus, Bunda Theresa dikanonisasi dan diberi gelar orang kudus. Dengan demikian namanya sejak hari ini akan disebut Santa Theresa dari kalkuta,” kata Pastor Frans.
Nasehat sederhanya yang sering diberikan kepada orang-orang yang datang mengunjunginya yaitu “hai suami tersenyumlah kepada isterimu dan hai isteri tersenyumlah kepada suamimu”. Santa Theresa sendiri meninggal dunia di Kalkuta karena sakit pada 5 September 1999. Tanggal tersebut kini dijadikan sebagai hari peringatan dari Santa Theresa. (frangkiwullur)