Manado – Dua warga Sulawesi Utara menjadi bagian dari 10 korban penyanderaan Tugboat Brahma 12 oleh kelompok Abu Sayyaf Filipina. Salah satunya adalah Capt Peter Tonsen Barahama yang adalah putera bungsu dari keluarga Barahama-Salemburung.
Pihak keluarga sendiri berterima kasih atas perhatian dari pemerintah dan TNI serta masyarakat yang sedang berupaya memulangkan 10 WNI ini dalam kondisi selamat. Namun, kekecewaan jelas nampak dari raut wajah orang tua Capt Peter karena pihak perusahaan pemilik kapal dianggap sembunyi.
Kepada BeritaManado.com, Charlos Barahama dan Sopitje Salemburung mengatakan, tidak ada komunikasi yang terjalin antara keluarga dan perusahaan.
“Sampai detik ini, perusahaan tidak menghubungi kami selaku orang tua Peter. Padahal harusnya orang tua berhak dihubungi perusahaan terkait kondisi yang dialami anak kami,” ujar Sopitje, Selasa (29/3/2016).
Selaku orang tua, Sopitje berharap pihak perusahaan bisa menunjukkan tanggungjawabnya dengan menghubungi orang tua dan berupaya memulangkan anaknya dalam kondisi selamat.
“Perusahaan harusnya berbicara dengan yang menyandera anak kami dan rekan-rekannya. Bertanggungjawab dengan mengusahakan kepulangan mereka bersepuluh itu dengan selamat. Pihak perusahaan kiranya menghubungi kami orang tua dan kami harap anak kami secepatnya pulang,” tambah Sopitje.
Hingga saat ini, baik pemerintah maupun TNI sedang mengupayakan berbagai cara untuk membebaskan 10 WNI yang disandera. (srisurya)