Manado — Kontraksi yang terjadi pada pertumbuhan ekspor Sulut tahun 2014 ini menyebabkan kondisi instabilitas nampak pada kinerja perdagangan daerah.
Data Bank Indonesia (BI) yang dipaparkan Kepala BI Perwakilan Sulut Luctor Tapiheru akhir tahun ini menyebut, kontraksi terjadi setelah ekspor tumbuh 7,7% (yoy) pada triwulan II-2014 menjadi 2,27% (yoy) pada periode laporan.
Kontraksi ikut terjadi juga pada aktivitas impor yang tumbuh melambat dari 6,68% (yoy) menjadi 0,19% (yoy) pada triwulan III-2014.
Kendati kinerja perdagangan tersebut secara umum cenderung melambat, namun nilai ekspor Sulut pada triwulan III-2014 tercatat meningkat pada angka US$ 933,08 juta, dibanding sebelumnya sebesar US$ 563,26 juta. Hal ini sejalan dengan mulai adanya kecederungan peningkatan harga komoditas internasional, khususnya minyak nabati (CPO).
Sementara pangsa komoditi utama ekspor dari Sulut masih dikuasai produk olahan lemak dan minyak nabati, diikuti ikan, daging dan ikan olahan, serta ampas dan produk kimia. (Ady Putong)