Manado – Ada apa dengan PT PLN Suluttenggo? Satu diantara perusahaan tua yang vital milik BUMN ini, diduga melakukan penyimpangan dan mencari keuntungan dengan mengorbankan masyarakat banyak, selaku pelanggan utamanya.
Dr Frederik Worang sebagai Dosen Tata Kelola di Universitas Samratulangi Manado, juga menduga adanya pengalihan supply listrik ke lokasi bisnis, seperti di mall-mall dibanding ke masyarakat.
Butuh transparan dan kejujuran PLN, sebab lokasi bisnis seperti mall memang butuh daya watt besar. Bayangkan satu pertokoan, bisa setara mungkin dengan satu kompleks perumahan. kata Gerdi sapaan akrabnya ketika di hubungi BeritaManado.Com
Dijelaskan Gerdi, tarif listrik bisnis dan tarif untuk masyarakat itu beda, pemasukan ke kas PLN beda. Disini kemungkinan menurut Gerdi, karena PLN ini banyak utangnya, jadi PLN dapat keuntungan beda tarif, masyarakat dirugikan. “Bisa saja begitu, ini dugaan saya,” ujar Gerdi.
Dampak lainnya bagi masyarakat, barang-barang elektronik bisa rusak akibat sering terjadi pemadaman. Makanan di kulkas jadi rusak, ikan di aquarium ada yang mati.
Jadi torang ini masyarakat dibikin stress oleh PLN. kata Gerdi.
Diakuinya, belum lama ini dalam 30 menit terjadi tiga kali pemadaman listrik.
Mati manyala, mati manyala, kong mati ulang manyala ulang. Nah, seperti itu apa maksudnya? Itu bagimana? Apa PLN yang bodoh? Atau torang yang dibodohin? Atau seenaknya aja? Coba pikir. tambah Gerdi.
Kalau mau detail, dikatakan Gerdi, PLN terlalu banyak pekerjaan yang tidak fokus pada pelayanan listrik untuk masyarakat, dimisalkannya, PLN terlalu banyak seminar, pekerja PLN berangkat-berangkat ke luar negeri, studi banding. Sementara di dalam negeri di kasih biar. “Aduh..minta ampun ni PLN,” tandas Gerdi. (robintanauma)