Manado – Salah seorang mahasiswa sedang mempresentasikan proposal penelitiannya, ‘I have lived in America for ten years, so I believe I can hold both monolingual and bilingual classes of English because I can speak English as fluent as Indonesian.’ “Saya tinggal di Amerika selama 10 tahun, jadi saya yakin dapat mengajar kelas bahasa Inggris secara monolingual maupun bilingual di Manado karena saya dapat berbahasa Inggris dan Indonesia sama lancarnya,” tegas si mahasiswa saat salah seorang dosen pembahas menanyakan (juga dalam bahasa Inggris) apakah dia sanggup mengajar bahasa Inggris menggunakan metode Audio Lingual dan Grammar Translation methods untuk data penelitiannya.
Demikian sekelumit contoh adu argumentasi yang terjadi saat seminar proposal penelitian mahasiswa di kampus STIBA Manado, yang berlangsung selama 3 hari dan berakhir Sabtu (1/6) pekan lalu. Seminar proposal penelitian mahasiswa semester akhir selalu menarik untuk diikuti. Berbagai ekspresi tumpah ruah di ajang seminar, mulai mimik serius menjawab pertanyaan dosen pembahas, muka merah karena proposalnya dianggap dibawah standar, sampai dengan suara sesenggukan karena tidak sanggup menahan kesedihan akibat proposalnya ditolak.
Seorang mahasiswa yang bekerja di kantor Imigrasi Manado juga sempat kelabakan saat diminta dosen pembahas untuk mengikutsertakan pejabat teras kantornya, termasuk kepala kantor, sebagai responden dalam penelitiannya yang terkait dengan kemampuan berbahasa Inggris di kantor tersebut.
Di kampus STIBA Manado, suasana semakin bervariasi karena seminar berlangsung dalam bahasa Inggris. Meskipun sudah selama 4 tahun berinteraksi dengan bahasa Inggris, tidak semua mahasiswa dapat dengan lancar menggunakannya untuk berkomunikasi. Masalah semakin bertambah karena mahasiswa juga harus menganalisa pertanyaan dosen pembahas agar jawabannya tetap sejalan dengan konteks pertanyaan.
Hasilnya, ada mahasiswa yang karena kurang menguasai proposalnya mengakalinya dengan bicara kesana kemari agar memperoleh kesan bahwa dia mampu berbahasa Inggris. Sebaliknya, ada juga yang karena keterbatasannya untuk mengekspresikan diri dalam bahasa Inggris tanpa sadar meluncurkan rentetan bahasa Indonesia untuk menjawab pertanyaan dosen pembahas.
Dra. E. Voerman – Yap, M.Ed. selaku Ketua STIBA menyatakan bahwa penggunaan bahasa Inggris sebagai salah satu target studi di STIBA di berbagai kegiatan akademik adalah suatu keniscayaan. Upaya pembiasaan mahasiswa untuk berbahasa Inggris dalam suatu mimbar akademik adalah salah satu cara manajemen STIBA tidak hanya untuk meningkatkan kepercayaan diri mahasiswa terhadap kemampuannya berbahasa asing, tetapi juga sebagai instrumen untuk mengukur tingkat penguasaan berbahasa asing dari mahasiswa.
Dari sesi tanya jawab secara intens dari para dosen pembahas dan dosen-dosen lainnya, banyak yang bisa diperoleh para mahasiswa STIBA Manado, mulai dari informasi yang bersifat aktual yang mungkin tidak akan pernah dapat diperoleh di kelas, sampai dengan pengetahuan analisa yang terkait perbedaan pola pikir dan persepsi para dosen tentang suatu isu.
Inilah proses pembelajaran aktual dimana mahasiswa harus memahami bahwa kebenaran suatu ilmu pengetahuan itu tidak absolut, namun bersifat tentatif, situasional, dan dinamis.
Melalui sarana seminar proposal penelitian ini pula diharapkan para mahasiswa STIBA jurusan Bahasa Inggris dapat mengetahui kelebihan dan kekurangan rancangan penelitiannya dan memperoleh berbagai input yang bermanfaat guna meningkatkan mutu penelitian. Seminar proposal juga sangat bermanfaat bagi para dosen untuk mengetahui kelayakan suatu topik dan kemampuan mahasiswa mengumpulkan data untuk kemudian dianalisa. (*Imron Rosidi/editJerry)