Tomohon – Universitas Kristen Indonesia Tomohon (UKIT) di awal tahun melepas 164 wisudawan dari 7 fakultas dan program Pascasarjana yang dikukuhkan dalam rapat senat terbuka UKIT YPTK (Yayasan Perguruan Tinggi Kristen) Gereja Masehi Injili di Minahasa (GMIM), Sabtu 6 April 2013 di Manado Convention Center (MCC).
Dalam laporannya, Ketua panitia pelaksana Pdt Meiva Salindeho-Lintang STh mengatakan, rapat senat ini merupakan bagian dari rangkaian dies natalis UKIT ke-47. “Kita juga telah menggelar bakti sosial, pengobatan cuma-cuma, pemberian bantuan bagi korban bencana dan kegiatan akademik lainnya. Untuk para lulusan yang diwisuda kami berharap semoga tidak hanya memberi dampak ke gereja tapi ke semua, gereja dan masyarakat. Soal dualisme UKIT, perlu saya tegaskan, saya hadir di sini karena merasa YPTK benar,” ujar Meiva yang juga menjabat Ketua DPRD Provinsi Sulut ini.
Rektor UKIT, Pdt DR Richard AD Siwu MA PhD dalam kesempatan itu mengaku bersyukur karena momen ini sekaligus mempertegas bahwa UKIT YPTK tetap eksis. “Berbagai aktivitas, terutama di bidang akademik yang dilakukan selama ini membuktikan bahwa UKIT YPTK itu tetap ada. Kami juga bersyukur karena telah ada Surat Kementrian Hukum dan HAM RI Nomor AHU-456.AH.01.04.Tahun 2013, yang menegaskan bahwa akte UKIT YPTK yang selama ini dipergunjingkan sejumlah pihak, sesungguhnya sah di hadapan hukum,” terangnya.
Siwu juga mengungkapkan rasa terima kasih kepada pemerintah provinsi Sulut yang banyak membantu UKIT YPTK. “Terima kasih bayak karena selama ini pemerintah provinsi terutama Gubernur DR SH Sarundajang banyak memberikan bantuan dan member kemudahan bagi kami dalam menghadapi berbagai persoalan,” ungkapnya.
Pernyataan Siwu ini dipertegas oleh mantan Irjen Kementerian Hukum dan HAM RI, Sam L Tobing saat membawakan sambutannya. “UKIT YPTK itu sudah mendapat pengesahan Kemenkum dan HAM. Karena itu, saya berharap UKIT YPTK akan tetap menjadi pelopor dalam mengeluarkan sarjana berkualitas. Kami ingin UKIT ini tetap eksis tapi kami juga berharap perselisihan yang ada segera berakhir. Hindari pertengkaran, saling baikan, Tuhan pasti buka jalan,” tegasnya.
Hal yang sama juga diungkapkan salah seorang tokoh asal Sulut Drs Theo L Sambuaga MA yang turut hadir di depan ribuan tamu undangan serta wisudawan dan orang tua serta civitas akademika UKIT YPTK yang mengungkapkan kerinduannya agar dualisme UKIT segera berakhir. “Saya berharap UKIT bersatu. Berharap kepada BPMS (Badan Pekerja Majelis Sinode) bisa mengambil keputusan bijaksana berlandaskan kasih. Ini harapan umat GMIM termasak warga awam seperti kami. Sedangkan tidak bersatu UKIT masih berprestasi, apalagi kalau bersatu. Ini butuh proses, ini pasti tidak gampang. Tapi mudah-mudahan ada niat serta kemauan yang kuat oleh kedua belah pihak temasuk dari BPMS GMIM,” katanya.
Sementara itu, Gubernur Sulut yang diwakili Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Sulut Drs Star Wowor berharap kualitas pendidikan di UKIT akan terus ditingkatkan. “Capaian pendidikan di Sulut saat ini berada di nomor urut 2 di Indonesia. Ini tak lapas dari prestasi pendidikan yang telah diukir sekolah-sekolah yang ada di Sulut. Dan ini tak lepas dari capaian yang sudah dicapai oleh sekolah-sekolah mulai dari SD hingga perguruan tinggi. Prestasi ini perlu dipertahankan bahkan ditingkatkan lebih baik lagi dengan cara mendorong kualitas pendidikan kita,” tukasnya.
Hadir dalam acara ini, Direktur Perdata Ditjen Administrasi Hukum Umum Kemenkum dan HAM RI Lilik Sri Haryanto PhD, sekaligus menyampaikan orasi ilmiah, pihak Kopertis Wilayah IX Sulawesi, sejumlah tokoh Sulut seperti DR Maya Rumantir, Linneke Syeni Watoelangkouw, tokoh GMIM seperti Pdt DR WA Roeroe, Polda Sulut, wisudawan dan orang tua serta seluruh civitas akademika UKIT YPTK. (req)