Manado – Sulut memiliki sumber kekayaan kelautan yang luar biasa, termasuk terumbu karang. Dari 18.439,75 hektar luas area terumbu karang di perairan Sulut, ironisnya ada sekitar 8.325,51 hektar diantaranya mengalami kerusakan.
Hal itu terungkap dalam Workshop Media Pencadangan Konservasi Perairan di Provinsi Sulawesi Utara, Senin (3/6) di Hotel Gran Central. Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Sulawesi Utara, Ronald Sorongan mengatakan, untuk melindungi kerusakan terumbu karang tersebut adalah dengan melaksanakan perlindungan kawasan pesisir pantai dan pulau-pulau kecil.
“Salah satu upaya yang bisa dilakukan adalah dengan penetapan Kawasan Konservasi Perairan,” ujar Sorongan.
Sulut mempunyai garis pantai sepanjang 1.837,29 hektar dengan 286 pulau yang menyimpan berbagai kekayaan keanekaraman hayati perairan. Namun, beberapa kebiasaan masyarakat seperti penggunaan bom ikan, illegal fishing, serta pembuangan limbah yang tak terkendali masih memberikan kontribusi bagi kerusakan terumbu karang.
Workshop yang dilaksanakan atas kerja sama Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Sulut dan Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Kota Manado itu dihadiri oleh akademisi, perwakilan LSM, para jurnalis, serta pemangku kepentingan di bidang kelautan dan perikanan. Workshop media itu merupakan rangkaian peringatan Coral Triangle Day (CT-Day) yang jatuh pada tanggal 9 Juni nanti.
Adnan Wantasen dari Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Sam Ratulangi mengatakan, jika kawasan pesisir terpelihara dengan baik, maka kawasan itu akan menjadi penyuplai sumber daya alam. “Kawasan pesisir juga berfungsi melindungi keanekaragaman hayati serta meningkatkan hasil perikanan. Di samping itu memberikan manfaat sosial ekonomi bagi masyarakat,” ujar Wantasen.
Di samping workshop media, peringatan CT-Day di Sulut juga akan diisi dengan pelepasan tukik dan ikan kerapu, sapu pantai, kampanye lingkungan, pameran foto, serta berbagai kegiatan lainnya.(aha)