Oleh: Bert Toar Polii
Berkat kemajuan teknologi serta cabang olahraga bridge bisa dipertandingkan secara online, kini 8 tim dari Indonesia bisa ikut meramaikan turnamen bridge HCL dari India yang sempat terkenal beberapa tahun terakhir ini karena jumlah hadiahnya yang besar serta diikuti pemain-pemain top dari manca negara.
Puncak penyelenggaraan event ini terjadi pada tahun 2019.
Pada edisi ke 17 tahun 2019, disediakan hadiah Rs. 18 million atau hamper 3,5 milyar Rupiah hamper 1000 orang yang terdiri dari 185 tim berasal dari USA, Poland, Italy, Bulgaria, Russia, Netherlands, Israel, Sweden, Iceland, South Africa, UK, Australia, New Zealand, Croatia, Denmark, Romania, Japan, Thailand, Jordan, Sri Lanka & Bangladesh.
Karena pandemic covid-19, tahun ini diselenggarakan secara online dan hadiahnya diturunkan menjadi US$ 27.000.
Saat ini turnamen diikuti oleh 131 tim dari manca negara, termasuk dua tim dari Garuda Bridge Club asuhan Harsudi Supandi, Komunitas Ganesha Bridge.
Tangsel Pato, Raewaya Bridge Club Sulut asuhan Joune Ganda, JRM Jambi dan Kabogor.
Diantara para peserta ada tim mixed Rusia juara dunia Mixed tahun 2019 di Wuhan, China.
Ke 131 tim ini dibagi dalam 3 kategori, Gold, Silver dan Bronze. Sebagai peserta tamu Indonesia harus ikut pada kategori Gold yang diikuti 54 tim.
Kemarin telah berlangsung babak penyisihan 5 session dari rencana 10 session Swiss. Babak penyisihan akan berlangsung dua hari untuk mencari 16 tim yang akan bertanding di babak Knock Out (KO).
Setelah menyelesaikan 5 session babak penyisihan, 7 tim Indonesia menempati peringkat: Ganesha (15) Garuda B (22), Garuda A (37), Tangsel Pato (38), Kabogor (40), Raewaya Sulut (41) dan JRM Jambi (51).
Semoga pada 5 session hari ini penampilan tim Indonesia lebih membaik.
Pasti ada sedikit kecanggungan dengan platform “realbridge” yang digunakan pada turnamen ini. Sebab hamper semua pemain yang ikut belum terbiasa menggunakannya. Selama ini pemain Indonesia hanya akarab dengan platform Bridge Base Online (BBO).
Platform RealBridge kini menjadi favorit dari penyelenggara turnamen bridge online setelah mereka sukses menyelenggarakan Kejuaraan Bridge Online Eropa baru-baru ini.
Ada beberapa perbedaan mencolok antara BBO dan RealBridge, yang utama adalah pemain bisa saling melihat dan bercakap-cakap dengan lawannya. Pada awalnya bisa bercakap-cakap berempat tapi saat bertanding hanya bisa dengan satu lawan.
Ini sama dengan bertanding bridge F2F atau face to face atau tatap muka jika menggunakan tirai. Kita hanya bisa melihat lawan yang berada di sisi tirai yang sama atau kalau kita duduk selatan hanya bisa melihat pemain timur.
Perbedaan kedua sebelum pertandingan para pemain duduk dimeja yang disediakan. Satu tim duduk di satu meja yang sama. Disini para pemain satu tim bisa berdiskusi membahas strategi, membicarakan sistim lawan dan lain-lain sebelum bertanding. Selain itu bisa bercanda karena bisa ngobrol dan saling melihat.
Perbedaan ketiga, bidnya seperti yang kita pakai dimeja saat pertandinganoffline yaitu bidding box. Bedanya hanya kalau offline kita angkat disini cukup di klik. Dengan saling bisa melihat gerak gerik lawan otomatis kemungkinan berbuat curang menjadi lebih sempit. Alasan ini yang membuat sekarang RealBridge banyak digunakan di pertandingan bridge online.
Tanggal 1-3 Oktober INDONESIA SENIOR TEAM dengan para pemain Bambang Hartono, M Apin Nurhalim, Giovani Watulingas,Rustam Effendy, Tanudjan Sugiarto, Bert Toar Polii (PC) dan JKT (INDONESIA): Taufik Asbi, Lusje Bojoh, Julius A George, Robert Parasian, Kristina W Murniati, Julita GJ Tueje
Diundang mengikuti Margaret Bourke Invitational Online Teams yang diikuti 28 tim undangan dimana para pemain berasal dari South Africa, Ireland, USA, Japan, Korea, Indonesia, Thailand, Australia and NZ.
Turnamen ini juga menggunakan platform RealBridge.