Tahun 2014 adalah tahun pesta demokrasi bagi seluruh masyarakat Indonesia. Tahun ini juga adalah tahun yang menegangkan bagi lima belas Partai Politik (Parpol) yang dinyatakan lolos dalam Pemilu 2014 karena harus berjibaku untuk mendapatkan dukungan dari masyarakat.
Bahkan sejumlah pihak sepakat menyatakan jika tahun 2014 adalah tahun politik karena agenda Pemilu yang diawali pemilihan anggota legisalatif (Pilcaleg) tanggal 9 April 2014 kemudian tanggal 9 Juli 2014 pemilihan presiden (Pilpres).
Dengan adanya kedua agenda polotik tersebut maka tak salah jika penulis menganggap tahun 2014 juga adalah tahunnya Santa Claus kendati momen hadirnya pria berjanggut putih mengenakan baju merah tersebut hanya ada di bulan Desember menjelang Natal.
Tapi jelang Pilcaleg dan Pilres, “Santa Claus” bakal hadir ditengah masyarakat untuk mencuri perhatian dengan berbagai cara dan momen. Namun bendanya, para Santa Claus ini tidak berjanggut putih atau mengenakan pakaian berwarna merah seperti yang muncul di bulan Desember tapi mereka mengenakan aneka pakaian layaknya masyarakat.
Fenomena Santa Claus jelang Pilcaleg dan Pilpres ini sendiri mulai nampak jauh-jauh harai sebelum Santa Calaus yang asli muncul di bulan Deseber dengan mulai mendekati masyarakat dan menawarkan sejumah “hadiah”. Dan diawal tahun, para Santa Claus kian gencar mendekati dan menarik simpati masyarakat, bahkan boleh dikatakan mereka tiba-tiba begitu peduli dengan kondisi masyarakat.
Dimana masyarakat berkumpul, para Santa Claus ini pasti hadir sebagai sosok yang baik hati dan siap menolong serta menjadi pemecah masalah yang dihadapi masyarakat. Karena mereka selalu siap untuk membantu, mulai dari membantu fasilitas umum hingga membantu warga yang sakit dan biaya sekolah.
Masyarakat sendiri sudah paham dan tahu persis peran para Santa Claus jelang Pilcaleg dan Pilres nanti. Sehingga masyarakat betul-betul memanfaatkan kebaikan hati mereka dan tak peduli dari mana asal pemberian tersebut. Karena momen untuk mendapatkan hadiah cuma-cuma hanya lima tahun sekali sehingga betul-betul dimanfaatkan.
Jadi jangan heran jika sejumlah rumah ibadah jelang Pilcaleg dan Pilres tiba-tiba direnofasi atau jalan perkampungan yang tiba-tiba diaspal serta sarana publik lainnya yang langsung disulap menjadi baik. Wilayah yang dulunya gelap karena belum tersentuh pelayanan PLN tiba-tiba terang benderang kendati hanya menggunakan genset dari seorang Santa Claus.
Tapi setelah para Santa Claus mendapatkan keiinginan dan duduk manis sebagai anggota DPRD, lamban laun mereka menanggalkan pakaian baik hati, pedulu dan dermawan ditanggalkan. Yang tersisa hanya bagaimana cara mengganti “hadiah-hadiah” yang telah dibagi-bagikan jelang Pilcaleg dan melupakan masyarakat yang diwakilinya.
Setelah menjabat, keluar daerah dengan berbagai alasan serta mengurus proyek pribadi adalah hal yang utama. Dan nanti setelah lima tahun ketika Pilcaleg akan kembali digelar maka ramai-ramai para Santa Claus ini akan muncul kembali dengan berbagai hadih-hadiah yang menggiurkan masyarakat.(*)