
Manado – Memperingati 15 tahun reformasi, puluhan pemuda yang tergabung dalam PMKRI dan Pemuda Katolik melakukan aksi damai di Kantor DPRD Sulut, Rabu (22/5) sore. Pendemo diterima anggota Deprov Benny Rhamdani, Jhon Dumais dan Sherpa Manembu.
Petrus Rampengan dan Milander Kaunang mewakili massa pendemo dihadapan anggota dewan menyoroti berbagai permasalahan bangsa. “15 tahun reformasi belum memberikan kemajuan yang berarti bagi bangsa Indonesia. Korupsi dan pelanggaran HAM masih terjadi dan terkesan dibiarkan pemerintah,” ujar keduanya.
Benny Rhamdani kepada para pendemo mencoba mengingatkan masa-masa sulit ketika sebelum dan sesudah reformasi. Apresiasi khusus Rhamdani kepada PMKRI dan Pemuda Katolik yang masih mengingat perjuangan kaum reformis ketika menggulingkan rezim Orde Baru. “Apresiasi saya kepada PMKRI dan Pemuda Katolik yang masih mengingat sejarah itu,” ujar Rhamdani.
Tokoh reformis ini mengkisahkan masa kelam bangsa Indonesia ketika dikuasai rezim Orde Baru. “Ratusan bahkan ribuan orang warga negara Indonesia etnis Tionghoa diperkosa dan dibunuh secara sistematis pada masa itu. Sampai saat ini kasus itu tidak pernah tuntas dan pemerintah tidak bisa membuktikan siapa dalang dan aktornya. Mundur ke belakang, 500 ribu warga negara Indonesia dibantai oleh pemerintahan Orde Baru dengan stigma PKI yang tidak pernah dibuktikan secara hukum.
Kemudian apa hasil reformasi? Reformasi hanya menghasilkan demoralisasi, elit politik dan birokrasi yang lebih cenderung koruptip dan banyak uang negara yang dihabiskan. Reformasi hanya menghabiskan tenaga, pemerintah menjual negara ini. Hutang luar negeri kita 2000 triliun. Dibagi 240 juta rakyat Indonesia, masing-masing kita berhutang 9 juta. Sayuran, beras, bahkan garam harus diimport dari luar negeri, padahal tanah air kita memiliki kekayaan luar biasa,” tukas Rhamdani. (Jerry)