MANADO – Hingga saat ini konversi bahan bakar minyak dari minyak tanah ke gas elpiji belum sepenuhnya diterima masyarakat. Xandramaya Lalu, Kepala Badan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Pemprov Sulut mengatakan pihaknya telah menyurati pihak Pertamina untuk melakukan sosialisasi kepada warga masyarakat terutama para ibu-ibu. “Kami sudah menyurati Pertamina tetapi hingga saat ini belum ada tanggapan apapun dari mereka,” ujar Xandra.
Xandra mengatakan, perempuan adalah pihak yang paling banyak bersentuhan dengan pengguaan bahan bakar untuk keperluan memasak.” Jika sekarang pemerintah punya rencana melakukan konversi dari minyak tanah ke gas, maka otomatis harus didahului dengan program sosialisasi agar warga tidak bingung,” ujar Xandra.
Fokus yang harus disosialisasi menurut Xandra meliputi standar penggunaan tabung gas elpiji. “Pemerintah harus mampu menyingkirkan image buruk yang sudah terlanjur terbentuk dalam masyarakat bahwa menggunakan gas itu berbahaya,” jelas Xandra.
Sebagai seorang ibu rumah tangga juga Xandra mengaku sangat setuju dengan rencana konverasi dari minyak tanah ke gas. “Kelebihannya penggunaan tabung gas itu praktis dan bersih,” tutur Xandra.
Meskipun demikian, Xandra berharap jika rencana konversi ini sudah berjalan, pemerintah harus benar-benar memastikan stok gas selalu cukup dan tidak mengalami gangguan. “Jangan sampai setelah konversi sudah berjalan justru bermasalah dalam pengadaan stoknya,” ujar Xandra.
Selain itu, menurut Xandra pemerintah juga harus memastikan penggunaan semua sparepart untuk tabung gas elpiji harus sesuai dengan standar nasional Indonesia (SNI). “Dan tabung-tabung gas ini harus distandarisasi secara berkala untuk memastikan keamanannya,” ujar Xandra. (abm)
MANADO – Hingga saat ini konversi bahan bakar minyak dari minyak tanah ke gas elpiji belum sepenuhnya diterima masyarakat. Xandramaya Lalu, Kepala Badan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Pemprov Sulut mengatakan pihaknya telah menyurati pihak Pertamina untuk melakukan sosialisasi kepada warga masyarakat terutama para ibu-ibu. “Kami sudah menyurati Pertamina tetapi hingga saat ini belum ada tanggapan apapun dari mereka,” ujar Xandra.
Xandra mengatakan, perempuan adalah pihak yang paling banyak bersentuhan dengan pengguaan bahan bakar untuk keperluan memasak.” Jika sekarang pemerintah punya rencana melakukan konversi dari minyak tanah ke gas, maka otomatis harus didahului dengan program sosialisasi agar warga tidak bingung,” ujar Xandra.
Fokus yang harus disosialisasi menurut Xandra meliputi standar penggunaan tabung gas elpiji. “Pemerintah harus mampu menyingkirkan image buruk yang sudah terlanjur terbentuk dalam masyarakat bahwa menggunakan gas itu berbahaya,” jelas Xandra.
Sebagai seorang ibu rumah tangga juga Xandra mengaku sangat setuju dengan rencana konverasi dari minyak tanah ke gas. “Kelebihannya penggunaan tabung gas itu praktis dan bersih,” tutur Xandra.
Meskipun demikian, Xandra berharap jika rencana konversi ini sudah berjalan, pemerintah harus benar-benar memastikan stok gas selalu cukup dan tidak mengalami gangguan. “Jangan sampai setelah konversi sudah berjalan justru bermasalah dalam pengadaan stoknya,” ujar Xandra.
Selain itu, menurut Xandra pemerintah juga harus memastikan penggunaan semua sparepart untuk tabung gas elpiji harus sesuai dengan standar nasional Indonesia (SNI). “Dan tabung-tabung gas ini harus distandarisasi secara berkala untuk memastikan keamanannya,” ujar Xandra. (abm)