Minahasa – Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Noongan melakukan terobosan cepat untuk mendukung program Gubernur Sulut Olly Dondokambey SE dan Wakil Gubernur Sulut Drs Steven OE Kandouw dalam meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan di Sulawesi Utara.
Kepala Dinas Kesehatan Sulut dr Debbie Kalalo Msc PH pun terus memberikan arahan kepada jajarannya untuk melaksanakan terobosan dengan sangat cepat dan telah dilakukan oleh RSUD Noongan lewat beberapa program sehingga pasien sebisa mungkin dapat ditangani tanpa perlu khawatir harus dirujuk ke Manado.
“Kami berupaya memberikan pelayanan terbaik, sehingga masyarakat yang perlu pelayanan kesehatan tidak perlu ke rumah sakit-rumah sakit yang ada di Manado. Kami akan menuntaskannya di sini,” ujar Direktur RSUD Noongan Dr Enrico Rawung MARS kepada BeritaManado.com.
Salah satu terobosan yang sukses dilaksanakan adalah pelayanan operasi batu kandung empedu dengan teknik Laparoscopy yang menggunakan alat canggih yang dipimpin oleh dr Fanny Mandang SpB sekaligus merupakan operasi Laparoscopy perdana yang dilaksanakan di RSUD Noongan.
Sebagai informasi, Laparoscopy adalah suatu jenis Bedah Minimal Invasif (MIS) atau yang juga dikenal sebagai ‘bedah lubang kunci’, dimana bedah yang dilakukan hanya melalui sayatan kecil.
“Jika operasi usus buntu (Appendectomy) konvensional luka operasinya 7 cm, dengan laparoscopy hanya 0,5 cm. Hal ini bertujuan untuk meminimalisir kerusakan jaringan lunak yang merupakan bagian dari teknik konvensional,” kata dr Enrico.
Lanjutnya, MIS menggunakan teknik dan instrument khusus yang canggih seperti kamera mikro atau peralatan video fiber optic dan kadangkala menggunakan petunjuk gambar, ultrasound atau teknologi Tomografi Komputer (CT) untuk mengakses bagian tententu dan untuk beberapa prosedur, MIS telah menggantikan teknik bedah konvensional yang terbuka sebagai standar operasi.
Dibandingkan dengan bedah konvensional terbuka, MIS memiliki potensi keunggulan untuk pasien, yaitu: berkurangnya trauma tubuh, berkurangnya kehilangan darah, bekas luka sayatan lebih kecil, berkurangnya kebutuhan untuk obat nyeri, lebih cepat keluar dari rumah sakit, lebih cepat kembali ke aktivitas normal.
”Dengan peralatan laparoscopy yang telah dimiliki oleh RSUD Noongan, pasien yang telah dioperasi jika tidak ada aral melintang dalam waktu 2 hari boleh pulang ke rumah, bandingkan dengan teknik konvensional yang butuh waktu penyembuhan sampai 5 hari. Layanan operasi ini pun berlaku bagi pasien BPJS,” ucap dr Enrico yang telah bertugas sejak bulan Januari 2017 usai dilantik Olly Dondokambey.
Kesuksesan ini pun, menurut dr Enrico, membuka kesempatan bagi RSUD Noongan untuk mengikuti jejak Singapura dan Penang yang Sejak lama telah mulai memasarkan kegiatan Hospital Tourism-nya dari operasi laparoscopy dan sukses membuat orang-orang di negara lain termasuk Indonesia terpesona dengan teknologi ini dimana operasi yang sebelumnya menghasilkan luka operasi besar, dengan teknologi ini hanya 0,5 cm.
“Kami mencoba untuk mereplikasi kesuksesan itu di Noongan sekarang. Tentunya sarana dan prasarana seperti gedung yang lebih modern harus mendukung visi hospital tourism tersebut. Seperti yang sudah sering kami sampaikan, RSUD Noongan punya visi untuk menjadi rumah sakit pusat rujukan regional dengan mengembangkan beberapa program unggulan ke depan. Selain itu, hospital tourism adalah visi jangka panjang RSUD Noongan,” tegas Enrico. (***/rds)