MANADO – Walaupun sudah ada peraturan daerah yang mengatur perlindungan anak dan perempuan, ternyata pelanggaran terhadap perda nomor satu tahun 2004 itu masih kerap terjadi, terbukti masih banyak kasus kekerasan dan trafficking di Sulawesi Utara.
Kepala Badan Perlindungan Anak dan Perempuan Vera Logor mengatakan , masalah ini harus diseriusi pemerintah dan aparat penegak hukum karena sampai saat ini belum ada hukuman berat yang dijatuhkan kepada pelaku trafficking, lemahnya koordinasi pihak kepolisian dan pengadilan dinilai salah satu kendala lemahnya penuntasan kasus traffficking.
Menurutnya sanksi berat harus diberikan kepada setiap pelaku trafficking, “kalau perlu semua harta pelaku disita agar ada efek jera,” ujar Logor. Masyarakat terutama orang tua harus ekstra hati-hati mengawasi anak perempuan karena pelaku kejahatan kemanusiaan ini masih bergentayangan, “setiap hari saya terus mengingatkan anak saya agar berhati-hati jika bertemu orang baru yang mendekati yang tidak dikenalnya,” ujar Maritje Sompotan, warga Malalayang. (JRY)
MANADO – Walaupun sudah ada peraturan daerah yang mengatur perlindungan anak dan perempuan, ternyata pelanggaran terhadap perda nomor satu tahun 2004 itu masih kerap terjadi, terbukti masih banyak kasus kekerasan dan trafficking di Sulawesi Utara.
Kepala Badan Perlindungan Anak dan Perempuan Vera Logor mengatakan , masalah ini harus diseriusi pemerintah dan aparat penegak hukum karena sampai saat ini belum ada hukuman berat yang dijatuhkan kepada pelaku trafficking, lemahnya koordinasi pihak kepolisian dan pengadilan dinilai salah satu kendala lemahnya penuntasan kasus traffficking.
Menurutnya sanksi berat harus diberikan kepada setiap pelaku trafficking, “kalau perlu semua harta pelaku disita agar ada efek jera,” ujar Logor. Masyarakat terutama orang tua harus ekstra hati-hati mengawasi anak perempuan karena pelaku kejahatan kemanusiaan ini masih bergentayangan, “setiap hari saya terus mengingatkan anak saya agar berhati-hati jika bertemu orang baru yang mendekati yang tidak dikenalnya,” ujar Maritje Sompotan, warga Malalayang. (JRY)