Manado, BeritaManado.com – Menarik mengukur reputasi politik Olly Dondokambey di Sulawesi Utara pasca kemenangan di Pilkada 2015 lalu.
Sebagai Ketua DPD PDIP Sulut, Olly Dondokambey berhasil meraih kemenangan di beberapa Pilkada kabupaten dan kota. Namun kekalahan di Sangihe melalui calon petahana di Pilkada 2017 lalu sedikit “menurunkan” prestasi Bendahara Umum PDIP ini.
Pilkada serentak 27 Juni 2018 di 6 kabupaten dan kota di Sulawesi Utara dengan 3 kepala daerah petahana yang diusung PDIP pada Pilkada sebelumnya yakni Kabupaten Kepulauan Sitaro, Kabupaten Minahasa dan Kabupaten Minahasa Tenggara akan menjadi pertaruhan reputasi Olly Dondokambey selanjutnya.
Namun keputusan “kontroversial” PDIP tidak mengusung petahana Jantje Wowiling Sajow (JWS) di Pilkada Minahasa diduga akibat pengaruh kuat internal PDIP yang berada di lingkaran Olly Dondokambey menurut pengamat politik, Taufik Tumbelaka, menjadi peringatan bagi Olly Dondokambey.
“Faktanya, hasil Pilkada 2018 belum ada, artinya kita belum bisa berspekulasi. Namun citra dan reputasi politik Olly Dondokambey juga ditentukan hasil Pilkada. Nah, para elit di sekitar beliau berkontribusi besar pada keputusan politik Olly Dondokambey termasuk pada pencalonan kader di Pilkada,” ujar Taufik Tumbelaka.
Lanjut mantan aktivis UGM ini, kapasitas ditunjang pengalaman poltik Olly Dondokambey tak diragukan namun perlu bijaksana menerima berbagai masukan terutama saran-saran politik orang-orang terdekat. Sekali melangkah memiliki konsekuensi positif atau negatif.
“Pak Olly harus belajar dari kejatuhan pak Harto (Presiden ke-2 RI, Soeharto). Orang-orang terdekat berkontribusi besar pada kejatuhan beliau. Tim khusus atau ring satu harus diisi orang-orang profesional. Faktanya, pak Olly yang berpasangan dengan Steven Kandouw meraih suara mayoritas diatas 50 persen pada Pilkada 2015 lalu. Artinya, secara politik beliau kuat, tapi jangan dirusaki oleh orang-orang terdekat,” tandas Taufik Tumbelaka.
(JerryPalohoon)