MANADO – Jalan Piere Tendean atau biasa disebut orang Manado, Jalan Boulevard, tidak lagi menyisakan suasana pantai sesuai namanya yang berarti jalan yang berada dibibir pantai. Pantai Boulevard yang menjadi promadona wisata pantai setelah direklamasi telah berubah menjadi kawasan perdagangan. Pantai Malalayang menjadi satu-satunya pantai dibagian selatan Kota Manado yang menjadi ikon wisata pantai.
Keberadaan Pantai Malalayang inipun semakin terancam setelah beberapa bagian sudah direklamasi. Pemerintah dianggap tidak memiliki konsep yang jelas mengenai tata ruang juga tidak berkomitmen kuat mempertahankan pantai sebagai penyeimbang alam sekaligus primadona wisata.
Menyikapi hal ini, Forum Generasi Muda Kelurahan Malalayang II mengingatkan pemerintah agar memperhatikan kelestarian bibir pantai yang masih tersisa. Kebijakan pembangunan jangan lagi berorientasi keuntungan atau bisnis semata.
“Selama ini pemerintah selalu berpikir bisnis, pantai dijual kepada pengembang kemudian direklamasi yang mendatangkan keuntungan. Pola kebijakan ini harus dipangkas. Jika kita melintas Jalan Boulevard, apakah masih merasakan suasana pantai? Yang ada suasana pusat kota,” kata Missi Minggu, Ketua Forum Generasi Muda Malalayang kepada beritamanado, Rabu (21/07).
Missi mengingatkan, pemerintah jangan lagi memberikan ijin dalam bentuk apapun kepada pegembang untuk mengganggu Pantai Malalayang. Reklamasi pantai telah mengakibatkan banyak hal, selain kerusakan, masyarakat kecil selalu menjadi korban.
“Program Manado Kota Wisata Dunia harus melibatkan pedagang kecil, didunia manapun kelompok ini menjadi penunjang program pariwisata, yang penting harus diatur supaya tertib, jangan digusur!” tuturnya lagi.
Missi berpesan, kelestarian alam merupakan tanggung-jawab seluruh umat manusia, karena masalah lingkungan adalah masalah global, akibat kerusakan alam akan mengancam kehidupan generasi anak-cucu kita. (JRY)
MANADO – Jalan Piere Tendean atau biasa disebut orang Manado, Jalan Boulevard, tidak lagi menyisakan suasana pantai sesuai namanya yang berarti jalan yang berada dibibir pantai. Pantai Boulevard yang menjadi promadona wisata pantai setelah direklamasi telah berubah menjadi kawasan perdagangan. Pantai Malalayang menjadi satu-satunya pantai dibagian selatan Kota Manado yang menjadi ikon wisata pantai.
Keberadaan Pantai Malalayang inipun semakin terancam setelah beberapa bagian sudah direklamasi. Pemerintah dianggap tidak memiliki konsep yang jelas mengenai tata ruang juga tidak berkomitmen kuat mempertahankan pantai sebagai penyeimbang alam sekaligus primadona wisata.
Menyikapi hal ini, Forum Generasi Muda Kelurahan Malalayang II mengingatkan pemerintah agar memperhatikan kelestarian bibir pantai yang masih tersisa. Kebijakan pembangunan jangan lagi berorientasi keuntungan atau bisnis semata.
“Selama ini pemerintah selalu berpikir bisnis, pantai dijual kepada pengembang kemudian direklamasi yang mendatangkan keuntungan. Pola kebijakan ini harus dipangkas. Jika kita melintas Jalan Boulevard, apakah masih merasakan suasana pantai? Yang ada suasana pusat kota,” kata Missi Minggu, Ketua Forum Generasi Muda Malalayang kepada beritamanado, Rabu (21/07).
Missi mengingatkan, pemerintah jangan lagi memberikan ijin dalam bentuk apapun kepada pegembang untuk mengganggu Pantai Malalayang. Reklamasi pantai telah mengakibatkan banyak hal, selain kerusakan, masyarakat kecil selalu menjadi korban.
“Program Manado Kota Wisata Dunia harus melibatkan pedagang kecil, didunia manapun kelompok ini menjadi penunjang program pariwisata, yang penting harus diatur supaya tertib, jangan digusur!” tuturnya lagi.
Missi berpesan, kelestarian alam merupakan tanggung-jawab seluruh umat manusia, karena masalah lingkungan adalah masalah global, akibat kerusakan alam akan mengancam kehidupan generasi anak-cucu kita. (JRY)