Tondano – Bangsa Indoensia tahun 2013 ini akan merayakan 68 tahun kemerdekaan. Sejak diproklamirkan kemerdekaan pada tahun 1945 silam, untuk urusan pembangunan fisik banyak sekali mengalami kemajuan. Akan tetapi soal penghayatan terhadap nilai – nilai perjuangan itu sendiri, murid Sekola Dasar lebih unggul dari siswa SMA.
Hal itu dapat terlihat dalam beberapa gelaran upacara memperingati hari – hari besar nasional. Murid SD tanpa pengawalan ketat guru – guru mereka justeru terlihat lebih menghayati, khususnya saat penghormatan bendera Merah Putih dan mengheningkan cipta. Sebaliknya sebagian besar siswa SMA dengan kawalan puluhan guru, paling banyak ‘istirahat kuda’ pada saat sebuah upacara membutuhkan penghormatan istimewa.
Lebih parah lagi, ada guru – guru SMA berlomba – lomba mencari tempat untuk ‘ba sombar’ atau berteduh di bawah pohon. Maka tidak heran jika anak – anak didiknya tidak lagi menghayati jalannya upacara. Ini sungguh suatu hal yang seharusnya tidak terjadi. Generasi muda yang duduk pada tingkatan pendidikan yang lebih tinggi, seharusnya memperlihatkan penghayatan lebih tinggi pula.
“Kita perlu kembali introspeksi diri, mulai dari kalangan pelajar, tak terkecuali para pengajar. Guru harus menjadi teladan bagi seluruh anak didiknya, jika mengharapkan anak didik memiliki karakter yang baik. Maka dari itu kita sebagai guru harus lebih dahulu memberikan contoh bagaimana menjadi seorang berkarakter baik,” jelas Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga kabupaten Minahasa Jemmy Maramis.(ang)
Tondano – Bangsa Indoensia tahun 2013 ini akan merayakan 68 tahun kemerdekaan. Sejak diproklamirkan kemerdekaan pada tahun 1945 silam, untuk urusan pembangunan fisik banyak sekali mengalami kemajuan. Akan tetapi soal penghayatan terhadap nilai – nilai perjuangan itu sendiri, murid Sekola Dasar lebih unggul dari siswa SMA.
Hal itu dapat terlihat dalam beberapa gelaran upacara memperingati hari – hari besar nasional. Murid SD tanpa pengawalan ketat guru – guru mereka justeru terlihat lebih menghayati, khususnya saat penghormatan bendera Merah Putih dan mengheningkan cipta. Sebaliknya sebagian besar siswa SMA dengan kawalan puluhan guru, paling banyak ‘istirahat kuda’ pada saat sebuah upacara membutuhkan penghormatan istimewa.
Lebih parah lagi, ada guru – guru SMA berlomba – lomba mencari tempat untuk ‘ba sombar’ atau berteduh di bawah pohon. Maka tidak heran jika anak – anak didiknya tidak lagi menghayati jalannya upacara. Ini sungguh suatu hal yang seharusnya tidak terjadi. Generasi muda yang duduk pada tingkatan pendidikan yang lebih tinggi, seharusnya memperlihatkan penghayatan lebih tinggi pula.
“Kita perlu kembali introspeksi diri, mulai dari kalangan pelajar, tak terkecuali para pengajar. Guru harus menjadi teladan bagi seluruh anak didiknya, jika mengharapkan anak didik memiliki karakter yang baik. Maka dari itu kita sebagai guru harus lebih dahulu memberikan contoh bagaimana menjadi seorang berkarakter baik,” jelas Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga kabupaten Minahasa Jemmy Maramis.(ang)