Manado — Indonesia merupakan salah satu negara megadiversitas terbesar di dunia.
Dari 40ribu spesies tanaman obat, sekitar 30ribu spesies berada di Indonesia.
Sebagaimana data yang diterima BeritaManado.com dari siaran pers Sido Muncul, dari jumlah tersebut sebanyak 9.600 diantaranya memiliki khasiat obat dan baru sekitar 200 spesies dimanfaatkan sebagai obat tradisional.
Menurut data WHO 2005 diperkirakan sebanyak 75-80 persen penduduk dunia pernah menggunakan obat-obatan herbal.
Saat ini para praktisi medis dan farmasi terus melakukan penelitian lebih lanjut untuk mendalami dan membuktikan tingkat keberhasilan obat-obatan herbal yang disebut dengan herbal medik.
Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang herbal perlu terus dilakukan oleh pemerintah, akademisi, dunia usaha, dan masyarakat yaitu saintifikasi jamu dalam hal ini penelitian berbasis kesehatan.
Guna mensosialisasikan hal tersebut, Sabtu (6/10/2018), PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk bekerjasama dengan Fakultas Kedokteran dan Farmasi Universitas Sam Ratulangi Manado, lkatan Dokter Indonesia (IDI), serta lkatan Apoteker Indonesia mengadakan Seminar Herbal bertema “Memanfaatkan Obat Herbal Menuju Indonesia Sehat”.
Seminar diikuti oleh 300 peserta dari kalangan kedokteran, peneliti, mahasiwa, dan masyarakat umum di Manado.
Seminar sesi pertama yang dibuka oleh Dra Rr Maya Gustina Andarini, Apt MSc selaku Deputi Bidang Pengawasan Obat Tradisional, Suplemen Kesehatan dan Kosmetik BPOM RI, dilanjutkan oleh Dr dr Ina Rosalina SpA (K) MKes MHKes selaku Direktur Pelayanan kesehatan Tradisional Kemenkes RI dan diakhiri oleh lrwan Hidayat selaku Direktur PT Industri Jamu dan Farmasi PT Sido Muncul Tbk.
Sesi kedua, seminar dimulai oleh Prof Dr Edi Dharmana MSc PhD SpPark selaku lmunolog Peneliti Herbal, Guru Besar Universitas Diponegoro, lpang Djunarko SSi MSc Apt selaku Fakultas Farmasi, Universitas Sanatha Dharma, dan diakhiri oleh Prof Dr Herny E Simbala MSi selaku Universitas Sam Ratulangi.
Materi yang disampaikan para pembicara yaitu Kebijakan Pengawasan Obat Tradisiona! Indonesia, Pengembangan Pelayanan Kesehatan Tradisional Integrasi, Industri Herbal Berbasis Good Manufacturing Practices (GMP), Uji Manfaat Tolak Angin, Uji Toksisitas Subkronis Tolak Angin Cair, dan Anti Kanker Berbasis Ekstrak Pinang Yaki (Areca Vestiaria).
Seminar Herbal di Manado ini merupakan seminar ke-42 kali yang diselenggarakan Sido Muncul sejak 2007.
Kata-kota lain yang juga pernah dilaksanakan seminar herbal adalah Jakarta, Bogor, Bandung, Semarang, Ungaran, Yogyakarta, Medan, Lampung, Pekanbaru, Padang, Palembang, Solo, Makassar, Surabaya, Jombang, Batam, Magelang, Banjarmasin, Bali, Malang, dan Pontianak. Bahkan seminar juga pernah dilakukan lebih dari satu kali di beberapa kota tersebut.
Direktur PT lndustri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk, lrwan Hidayat mengatakan, melalui seminar herbal seperti ini diharapkan, akademisi kedokteran terdorong untuk terus melakukan penelitian tanaman obat secara ilmiah, tidak hanya bergantung kepada obat modern yang berbasis kimia.
“Selain itu kami juga ingin dunia kedokteran mendapat wawasan mengenai industri jamu, penelitian yang kami lakukan untuk mengembangkan produk, dan penggunaan jamu untuk pelayanan kesehatan,” ujar Irwan.
Lanjutnya, seperti halnya produk Tolak Angin, Sido Muncul telah melakukan berbagai penelitian, yaitu Uji Toksisitas dan Uji Khasiat dengan Universitas Sanata Dharma dan Universitas Diponegoro. Hasilnya, minum Tolak Angin dalam jangka panjang tidak menimbulkan efek samping jika diminum sesuai dosis anjuran (tidak menimbulkan efek toksit bagi organ tubuh).
“Tahun 2007 Tolak Angin telah mendapatkan sertifikat Obat Herbal Terstandar (OHT) dari Badan POM,” kata Irwan.
(***/srisurya)
Manado — Indonesia merupakan salah satu negara megadiversitas terbesar di dunia.
Dari 40ribu spesies tanaman obat, sekitar 30ribu spesies berada di Indonesia.
Sebagaimana data yang diterima BeritaManado.com dari siaran pers Sido Muncul, dari jumlah tersebut sebanyak 9.600 diantaranya memiliki khasiat obat dan baru sekitar 200 spesies dimanfaatkan sebagai obat tradisional.
Menurut data WHO 2005 diperkirakan sebanyak 75-80 persen penduduk dunia pernah menggunakan obat-obatan herbal.
Saat ini para praktisi medis dan farmasi terus melakukan penelitian lebih lanjut untuk mendalami dan membuktikan tingkat keberhasilan obat-obatan herbal yang disebut dengan herbal medik.
Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang herbal perlu terus dilakukan oleh pemerintah, akademisi, dunia usaha, dan masyarakat yaitu saintifikasi jamu dalam hal ini penelitian berbasis kesehatan.
Guna mensosialisasikan hal tersebut, Sabtu (6/10/2018), PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk bekerjasama dengan Fakultas Kedokteran dan Farmasi Universitas Sam Ratulangi Manado, lkatan Dokter Indonesia (IDI), serta lkatan Apoteker Indonesia mengadakan Seminar Herbal bertema “Memanfaatkan Obat Herbal Menuju Indonesia Sehat”.
Seminar diikuti oleh 300 peserta dari kalangan kedokteran, peneliti, mahasiwa, dan masyarakat umum di Manado.
Seminar sesi pertama yang dibuka oleh Dra Rr Maya Gustina Andarini, Apt MSc selaku Deputi Bidang Pengawasan Obat Tradisional, Suplemen Kesehatan dan Kosmetik BPOM RI, dilanjutkan oleh Dr dr Ina Rosalina SpA (K) MKes MHKes selaku Direktur Pelayanan kesehatan Tradisional Kemenkes RI dan diakhiri oleh lrwan Hidayat selaku Direktur PT Industri Jamu dan Farmasi PT Sido Muncul Tbk.
Sesi kedua, seminar dimulai oleh Prof Dr Edi Dharmana MSc PhD SpPark selaku lmunolog Peneliti Herbal, Guru Besar Universitas Diponegoro, lpang Djunarko SSi MSc Apt selaku Fakultas Farmasi, Universitas Sanatha Dharma, dan diakhiri oleh Prof Dr Herny E Simbala MSi selaku Universitas Sam Ratulangi.
Materi yang disampaikan para pembicara yaitu Kebijakan Pengawasan Obat Tradisiona! Indonesia, Pengembangan Pelayanan Kesehatan Tradisional Integrasi, Industri Herbal Berbasis Good Manufacturing Practices (GMP), Uji Manfaat Tolak Angin, Uji Toksisitas Subkronis Tolak Angin Cair, dan Anti Kanker Berbasis Ekstrak Pinang Yaki (Areca Vestiaria).
Seminar Herbal di Manado ini merupakan seminar ke-42 kali yang diselenggarakan Sido Muncul sejak 2007.
Kata-kota lain yang juga pernah dilaksanakan seminar herbal adalah Jakarta, Bogor, Bandung, Semarang, Ungaran, Yogyakarta, Medan, Lampung, Pekanbaru, Padang, Palembang, Solo, Makassar, Surabaya, Jombang, Batam, Magelang, Banjarmasin, Bali, Malang, dan Pontianak. Bahkan seminar juga pernah dilakukan lebih dari satu kali di beberapa kota tersebut.
Direktur PT lndustri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk, lrwan Hidayat mengatakan, melalui seminar herbal seperti ini diharapkan, akademisi kedokteran terdorong untuk terus melakukan penelitian tanaman obat secara ilmiah, tidak hanya bergantung kepada obat modern yang berbasis kimia.
“Selain itu kami juga ingin dunia kedokteran mendapat wawasan mengenai industri jamu, penelitian yang kami lakukan untuk mengembangkan produk, dan penggunaan jamu untuk pelayanan kesehatan,” ujar Irwan.
Lanjutnya, seperti halnya produk Tolak Angin, Sido Muncul telah melakukan berbagai penelitian, yaitu Uji Toksisitas dan Uji Khasiat dengan Universitas Sanata Dharma dan Universitas Diponegoro. Hasilnya, minum Tolak Angin dalam jangka panjang tidak menimbulkan efek samping jika diminum sesuai dosis anjuran (tidak menimbulkan efek toksit bagi organ tubuh).
“Tahun 2007 Tolak Angin telah mendapatkan sertifikat Obat Herbal Terstandar (OHT) dari Badan POM,” kata Irwan.
(***/srisurya)