Tareran – Punya rumah tinggal sendiri tidak selamanya memberikan jaminan pemiliknya bisa tidur nyenyak lantaran berbagai faktor. Itulah yang dirasakan Yopi Kusoy (54), warga Jaga V Desa Wuwuk Barat Kecamatan Tareran Kabupaten Minahasa Selatan. Namun setelah usia pernikahan menyentuh angka 30 tahun, Yopi bersama isterinya baru bisa tidur nyenyak.
Hal itu bukan tanpa alasan, karena 20 tahun menikah, Om Yopi bersama isteri dan anak-anak harus tinggal berpindah-pindah tempat. Bukan karena banyak rumah, akan tetapi hanya sebagai penjaga rumah saja. Demikian dikatakannya kepada BeritaManado.com, Kamis (26/5/2016).
Nasib baik pun menghampiri keluarga kecil Om Yopi, karena 10 tahun lalu mendapat tanah warisan orangtua sang isteri berupa sebidang tanah. Diatas tanah yang tidak terlalu luas itulah rumah berdinding bambu dibangun.
Ada dua kekhawatiran yang jadi pergumulan Om Yopi, yaitu 20 tahun menjaga kepercayaan beberapa pemilik rumah yang dijaganya. Kemudian setelah punya rumah sendiri, masih dihantui rasa was-was, berhubung rumah dinding bambu sangat rentan dengan bencana kebakaran, apalagi sudah dalam kondisi kering dinding bambunya.
Akan tetapi, secara tidak diduga rumah Om Yopi sapaan akrabnya yang sebelumnya berdinding bambu tersentuh program bedah rumah dari agenda TNI Manunggal Membangun Desa (TMMD) Tahun Anggaran 2016. Kini bersama isteri serta anak cucunya, Om Yopi bisa tersenyun bangga atas kontribusi nyata para prajurit TNI Angkatan Darat di desanya itu.
Om Yopi sendiri sejak masih SMP sampai sekarang menekuni profesi sebagai petani minuman khas orang Minahasa yaitu Saguer. Awalnya, Saguer yang diperoleh dibuat gula aren dan dijual di warung dan pasar tradisional. Namun atas dasar suatu pertimbangan, Om Yopi beralih sebagai pembuat Cap Tikus yang sangat identik dengan kehidupan masyarakat Minahasa.
Hasil dari Saguer dahulunya digunakan sendiri untuk biaya sekolah. Kini uang yang didapat dari profesi yang sama dipakai untuk menyekolahkan anak keduanya Rilia Kusoy hingga ke jenjang Perguruan Tinggi. Mengambil program keahlian Pendidikan Bahasa Inggris di Universitas Negeri Manado (UNIMA), kabarnya Rilia akan diwisuda pada tahun 2016 ini.
“20 tahun menjalani hidup perkawinan, saya dan isteri tinggal berpindah-pindah tempat. Baru pada 10 tahun terakhir ini saya boleh tinggal di rumah sendiri meski hanya dibuat apa adanya. Situasi ini justeru membuat saya tertantang untuk membuktikan bahwa seberat apapun hidup ini, jalan keluar masih tetap terbuka untuk merubah nasib, minimal dengan menyekolahkan anak hingga ke jenjang perguruan tinggi,” kata Om Yopi.
Bapak tiga anak ini tak punya kata-kata yang manis untuk mengungkapkan rasa terima kasihnya Kepada Tuhan, yang melalui para prajurit TNI AD sudah memenuhi harapannya. Betapa tidak, rumah yang saat ini sedang dalam tahap penyelesaian dibangun tanpa mengeluarkan uang sepeser pun, karena berasal dari bantuan program TMMD 2016.
Perasaan bangga tak hanya dirasakan oleh keluarga Om Yopi saja. Bahkan warga masyarakat setempat yang tidak tersentuh program TMMD 2016 tetap bersyukur, karena secara umum desa mereka sudah mengalami perubahan. Dari pihak Kodim 1302 Minahasa mewakili keluarga besar TNI AD juga merasa bangga karena telah mewujudkan harapan masyarakat untuk memiliki kehidupan yang lebih baik (frangkiwullur)
Tareran – Punya rumah tinggal sendiri tidak selamanya memberikan jaminan pemiliknya bisa tidur nyenyak lantaran berbagai faktor. Itulah yang dirasakan Yopi Kusoy (54), warga Jaga V Desa Wuwuk Barat Kecamatan Tareran Kabupaten Minahasa Selatan. Namun setelah usia pernikahan menyentuh angka 30 tahun, Yopi bersama isterinya baru bisa tidur nyenyak.
Hal itu bukan tanpa alasan, karena 20 tahun menikah, Om Yopi bersama isteri dan anak-anak harus tinggal berpindah-pindah tempat. Bukan karena banyak rumah, akan tetapi hanya sebagai penjaga rumah saja. Demikian dikatakannya kepada BeritaManado.com, Kamis (26/5/2016).
Nasib baik pun menghampiri keluarga kecil Om Yopi, karena 10 tahun lalu mendapat tanah warisan orangtua sang isteri berupa sebidang tanah. Diatas tanah yang tidak terlalu luas itulah rumah berdinding bambu dibangun.
Ada dua kekhawatiran yang jadi pergumulan Om Yopi, yaitu 20 tahun menjaga kepercayaan beberapa pemilik rumah yang dijaganya. Kemudian setelah punya rumah sendiri, masih dihantui rasa was-was, berhubung rumah dinding bambu sangat rentan dengan bencana kebakaran, apalagi sudah dalam kondisi kering dinding bambunya.
Akan tetapi, secara tidak diduga rumah Om Yopi sapaan akrabnya yang sebelumnya berdinding bambu tersentuh program bedah rumah dari agenda TNI Manunggal Membangun Desa (TMMD) Tahun Anggaran 2016. Kini bersama isteri serta anak cucunya, Om Yopi bisa tersenyun bangga atas kontribusi nyata para prajurit TNI Angkatan Darat di desanya itu.
Om Yopi sendiri sejak masih SMP sampai sekarang menekuni profesi sebagai petani minuman khas orang Minahasa yaitu Saguer. Awalnya, Saguer yang diperoleh dibuat gula aren dan dijual di warung dan pasar tradisional. Namun atas dasar suatu pertimbangan, Om Yopi beralih sebagai pembuat Cap Tikus yang sangat identik dengan kehidupan masyarakat Minahasa.
Hasil dari Saguer dahulunya digunakan sendiri untuk biaya sekolah. Kini uang yang didapat dari profesi yang sama dipakai untuk menyekolahkan anak keduanya Rilia Kusoy hingga ke jenjang Perguruan Tinggi. Mengambil program keahlian Pendidikan Bahasa Inggris di Universitas Negeri Manado (UNIMA), kabarnya Rilia akan diwisuda pada tahun 2016 ini.
“20 tahun menjalani hidup perkawinan, saya dan isteri tinggal berpindah-pindah tempat. Baru pada 10 tahun terakhir ini saya boleh tinggal di rumah sendiri meski hanya dibuat apa adanya. Situasi ini justeru membuat saya tertantang untuk membuktikan bahwa seberat apapun hidup ini, jalan keluar masih tetap terbuka untuk merubah nasib, minimal dengan menyekolahkan anak hingga ke jenjang perguruan tinggi,” kata Om Yopi.
Bapak tiga anak ini tak punya kata-kata yang manis untuk mengungkapkan rasa terima kasihnya Kepada Tuhan, yang melalui para prajurit TNI AD sudah memenuhi harapannya. Betapa tidak, rumah yang saat ini sedang dalam tahap penyelesaian dibangun tanpa mengeluarkan uang sepeser pun, karena berasal dari bantuan program TMMD 2016.
Perasaan bangga tak hanya dirasakan oleh keluarga Om Yopi saja. Bahkan warga masyarakat setempat yang tidak tersentuh program TMMD 2016 tetap bersyukur, karena secara umum desa mereka sudah mengalami perubahan. Dari pihak Kodim 1302 Minahasa mewakili keluarga besar TNI AD juga merasa bangga karena telah mewujudkan harapan masyarakat untuk memiliki kehidupan yang lebih baik (frangkiwullur)