Tondano – Terjebak macet di jalan raya ketika pengucapan syukur telah menjadi pemandangan rutin. Pemerintah dinilai tidak siap ketika mengumumkan pengucapan syukur tapi tidak bisa memberi jaminan kenyamanan masyarakat pengendara yang menuju lokasi pengucapan.
Ruas di Desa Suluan, Kecamatan Tombulu, Kabupaten Minahasa, selalu menjadi momok menakutkan bagi para pengendara mobil yang melintas. Pasalnya, kerusakan parah di satu titik ditambah lagi volume jalan sempit selalu berakibat kemacetan hingga berjam-jam. Disesalkan, kerusakan ruas jalan sudah bertahun-tahun.
Pemandangan tersebut kembali terjadi ketika iring-iringan kendaraan dari arah Manado tujuan Kota Tomohon yang berpengucapan syukur, Minggu (6/8/2017), harus terjebak macet 2 hingga 3 jam. Kemacetan sudah terjadi sejak pukul 12 siang hingga sore hari.
Usul menarik disampaikan pemerhati masyarakat, Wirabuana Talumewo, yakni pemerintah harus menghentikan tradisi berpengucapan syukur di kabupaten dan kota se Minahasa Raya. Usul tersebut mengacu pada kemacetan parah yang terjadi di banyak titik akses ke pengucapan, termasuk salah-satu titik di ruas Desa Suluan yang menjadi langganan macet.
“Bukan main, di titik ini selalu menjadi penyebab macet, parahnya lagi tidak ada petugas dari kepolisian ataupun dinas perhubungan yang berjaga. Pemerintah sepertinya tidak siap, ketika mengumumkan sekaligus mengajak masyarakat datang di pengucapan, ternyata ruas jalan yang sudah menjadi langganan macet tak dipedulikan,” ujar Wirabuana Talumewo, warga Manado dengan raut kecewa berat.
Tambah Wirabuana Talumewo, sudah saatnya pemerintah memikirkan untuk menghentikan tradisi pengucapan jika fasilitas jalan tidak memadai. Meskipun jalan sudah dilebarkan namun di titik tertentu masih sempit apalagi dalam kondisi rusak parah, maka ruas jalan yang sudah dilebarkan tersebut menjadi tidak efektif.
“Kata kasarnya, seperti jalan di Tombulu yang sudah dilebarkan itu menjadi tidak berguna, karena di titik tertentu seperti di ruas Desa Suluan yang sempit dan rusak parah kendaraan harus melintas secara bergantian dari dua arah. Tak heran ketika intensitas kendaraan banyak maka ruas ini menjadi penyebab macet hingga berjam-jam, dengan kata lain ruas Tombulu tak layak dijadikan akses ke pengucapan,” tegas Wirabuana Talumewo. (JerryPalohoon)
Tondano – Terjebak macet di jalan raya ketika pengucapan syukur telah menjadi pemandangan rutin. Pemerintah dinilai tidak siap ketika mengumumkan pengucapan syukur tapi tidak bisa memberi jaminan kenyamanan masyarakat pengendara yang menuju lokasi pengucapan.
Ruas di Desa Suluan, Kecamatan Tombulu, Kabupaten Minahasa, selalu menjadi momok menakutkan bagi para pengendara mobil yang melintas. Pasalnya, kerusakan parah di satu titik ditambah lagi volume jalan sempit selalu berakibat kemacetan hingga berjam-jam. Disesalkan, kerusakan ruas jalan sudah bertahun-tahun.
Pemandangan tersebut kembali terjadi ketika iring-iringan kendaraan dari arah Manado tujuan Kota Tomohon yang berpengucapan syukur, Minggu (6/8/2017), harus terjebak macet 2 hingga 3 jam. Kemacetan sudah terjadi sejak pukul 12 siang hingga sore hari.
Usul menarik disampaikan pemerhati masyarakat, Wirabuana Talumewo, yakni pemerintah harus menghentikan tradisi berpengucapan syukur di kabupaten dan kota se Minahasa Raya. Usul tersebut mengacu pada kemacetan parah yang terjadi di banyak titik akses ke pengucapan, termasuk salah-satu titik di ruas Desa Suluan yang menjadi langganan macet.
“Bukan main, di titik ini selalu menjadi penyebab macet, parahnya lagi tidak ada petugas dari kepolisian ataupun dinas perhubungan yang berjaga. Pemerintah sepertinya tidak siap, ketika mengumumkan sekaligus mengajak masyarakat datang di pengucapan, ternyata ruas jalan yang sudah menjadi langganan macet tak dipedulikan,” ujar Wirabuana Talumewo, warga Manado dengan raut kecewa berat.
Tambah Wirabuana Talumewo, sudah saatnya pemerintah memikirkan untuk menghentikan tradisi pengucapan jika fasilitas jalan tidak memadai. Meskipun jalan sudah dilebarkan namun di titik tertentu masih sempit apalagi dalam kondisi rusak parah, maka ruas jalan yang sudah dilebarkan tersebut menjadi tidak efektif.
“Kata kasarnya, seperti jalan di Tombulu yang sudah dilebarkan itu menjadi tidak berguna, karena di titik tertentu seperti di ruas Desa Suluan yang sempit dan rusak parah kendaraan harus melintas secara bergantian dari dua arah. Tak heran ketika intensitas kendaraan banyak maka ruas ini menjadi penyebab macet hingga berjam-jam, dengan kata lain ruas Tombulu tak layak dijadikan akses ke pengucapan,” tegas Wirabuana Talumewo. (JerryPalohoon)