AMURANG—Rolling dari bupati Christiany Eugenia Paruntu (CEP), Selasa (1/11) tengah malam lalu masih ada suara-suara pro kontra. Tetapi, kali ini suara dari Kecamatan Amurang dan Amurang Barat. Bahkan, menyebut rolling pejabat eselon III dan para kepala sekolah. Mereka menyebut, rolling tersebut tidak proporsional.
Tokoh masyarakat diantaranya Herman Sarajar dan Marten Pattyranie, keduanya dari Desa Kilometer Tiga dan Desa Rumoong Bawah pun menyatakan penolakan atas rolling tersebut. ‘’Kami sebut, rolling dimaksud sama sekali tak proporsional. Bahkan, meminta supaya bupati mencabut SK kembali. Sebab, banyak yang merasa dirugikan,’’ ujar Sarajar dan Pattyranie kepada beritamanado, Kamis (3/11) tadi.
Kepada wartawan situs ini, mereka mengatakan, kalau seharusnya Pemkab Minsel harus lebih memperhatikan soal pendidikan. Karena kalau pendidikan tidak di perhatikan, mau jadi apa Minsel kedepan. Terlebih soal pendidikan, kalau tidak ada pendidikan.
‘’Kejadian tersebut merupakan pembunuhan karakter para guru. Menariknya, ternyata rolling tak sesuai Permen dan Perda. Belum tahu juga guru yang mengganti, apakah mereka bisa sepintar yang lama atau tidak tahu sama sekali,’’ pungkasnya. (ape)
AMURANG—Rolling dari bupati Christiany Eugenia Paruntu (CEP), Selasa (1/11) tengah malam lalu masih ada suara-suara pro kontra. Tetapi, kali ini suara dari Kecamatan Amurang dan Amurang Barat. Bahkan, menyebut rolling pejabat eselon III dan para kepala sekolah. Mereka menyebut, rolling tersebut tidak proporsional.
Tokoh masyarakat diantaranya Herman Sarajar dan Marten Pattyranie, keduanya dari Desa Kilometer Tiga dan Desa Rumoong Bawah pun menyatakan penolakan atas rolling tersebut. ‘’Kami sebut, rolling dimaksud sama sekali tak proporsional. Bahkan, meminta supaya bupati mencabut SK kembali. Sebab, banyak yang merasa dirugikan,’’ ujar Sarajar dan Pattyranie kepada beritamanado, Kamis (3/11) tadi.
Kepada wartawan situs ini, mereka mengatakan, kalau seharusnya Pemkab Minsel harus lebih memperhatikan soal pendidikan. Karena kalau pendidikan tidak di perhatikan, mau jadi apa Minsel kedepan. Terlebih soal pendidikan, kalau tidak ada pendidikan.
‘’Kejadian tersebut merupakan pembunuhan karakter para guru. Menariknya, ternyata rolling tak sesuai Permen dan Perda. Belum tahu juga guru yang mengganti, apakah mereka bisa sepintar yang lama atau tidak tahu sama sekali,’’ pungkasnya. (ape)