Airmadidi-Jemaat GMIM Baitel Kema II Kecamatan Kema berbahagia merayakan Hari Ulang Tahun (HUT) jemaat ke-195 dan HUT ke-186 pekabaran injil, Kamis (15/6/2016) yang dirayakan melalui ibadah syukur dipimpin oleh Sekretaris Departemen Bidang Hukum HAM dan Sertifikasi Aset GMIM Pdt Ferdinand Waworuntu.
Pada ulang tahun ini, Ketua Badan Pekerja Majelis Jemaat (BPMJ) Baitel Kema II Pdt Femmy Warouw-Josephus MTh berharap agar terjadi pertumbuhan iman jemaat kepada Yesus Kristus.
“Jemaat makin berubah ke arah pertumbuhan iman, tetap kuat dalam persekutuan serta menjadi jemaat yang mandiri semangat terus untuk melayani karena semua terpanggil bersaksi dan melayani, eksis di tempat kerja bersaksi menjadi gereja dan jemaat,” kata Pdt Femmy.
Sementara itu Gubernur Sulut Olly Dondokambey dalam sambutannya yang dibacakan Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga Provinsi Sulut Janni Lukas meminta seluruh jemaat agar menjadi contoh di antara masyarakat, menjaga kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang berlandaskan Pancasila.
Hadir pula pada perayaan ini Camat Kema Alpret Pusungulaa, Kepala Dinas Arsip dan Perpustakaan Maximelian Tapada, Hukum Tua Kema II Max Corneles, tokoh agama, tokoh masyarakat, serta seluruh warga jemaat.
Ibadah syukur tersebut dikemas dengan nuansa budaya dimana seluruh puji-pujian diiringi dengan alat musik kolintang, ada juga persembahan Tari Katrili dari pemuda dan remaja.
Disisi lain, Kepala Dinas Arsip dan Perpustakaan Maximelian Tapada yang juga merupakan pelayan khusus di GMIM Baitel Kema II menceritakan sejarah singkat sejarah penginjilan di Minahasa khususnya di Kema.
Dimana, proses pengkristenan di Minahasa terjadi pada abad ke-19, ketika Pdt Joseph Kam diutus oleh London Misionary Sosiality (LSM) melakukan kunjungan singkat melalui darat di Kema.
Pada bulan Juni 1822, Joseph Kam menempatkan Pdt Lammert Lammers di Kema namun tidak dapat berbuat banyak karena sakit, dan meninggal 2 tahun kemudian tahun 1824.
Pada tahun 1831, Riedel dan Schwarz diutus Joseph Kam ke Minahasa, karena saat itu ia tidak dapat lagi menjangkau pelayanan di Ambon dan Minahasa.
Selama perjalanan Joseph Kam tahun 1817, dia membaptis 298 anak dan 28 orang dewasa di Kema. Kemudian Joseph Kam meninggal tanggal 18 Juli 1833 di Ambon.
“Setelah pendeta Joseph Kam meninggal, tahun 1848 datanglah Pdt Frans Hartiq dari Kupang dipindahkan ke Minahasa dan ditugaskan ke Kema. Pendeta Frans Hartiq lahir di Bremen tanggal 15 Juni 1804. Ketika beliau datang ke Kema, saat itu animisme masih kuat, banyak kepercayaan kepada opo-opo dan ini masih masyarakat alifuru yang percaya pada mitos-mitos. Kepemimpinan Pendera Frans cukup lama di Kema dan pertumbuhan jemaat saat itu begitu cepat. Pendeta Frans lalu meninggal tanggal 29 Juni 1854 dan dikuburkan di Kema. Jemaat kemudian merayakan hari lahir Pendeta Frans sebagai hari lahir jemaat pertama di Kema,” jelas Tapada.
Sementara itu, sebagai jemaat tertua di Kecamatan Kema, sedikitnya sudah ada 45 pendeta dan pembantu pendeta yang melayani secara rutin.(findamuhtar)