AMURANG–David Sasongke (12) menjuarai Kejuaraan Catur tingkat Junior umur 12 tahun tingkat Provinsi Sulut di Kabupaten Sitaro beberapa waktu lalu. Tapi herannya Pengurus Daerah PERCASI Sulut tidak dapat memperjuangkannya pada Kejurnas Catur tingkat Nasional d Palembang. Kondisi seperti ini jelas membuat Penggurus Cabang Percasi Minsel heran. Lebih lagi 0rang tua David sendiri. Melalui Sonny Sasongke langsung mengeluhkan kondisi ini.
“Saya sangat kecewa dengan tidak diikutsertakan David ikut di Kejurnas catur di Palembang. Padahal David pernah menjadi juara peringkat pertama pada Kejurda tingkat Sulut tahun 2011 di Sitaro. Jelas-jelas membuat kami pikir-pikir kalau hal-hal seperti ini akan memberikan kontribusi buat Sulut khususnya. Untuk mengikuti saja di tingkat nasional sangat sulit. Apalagi dalam iven-iven lainnya,’’ tutur Sonny kepada wartawan ini Jumat (9/09) di Desa Teep Trans Kecamatan Amurang Barat.
Menurut Sasongke yang didampingi Hukum Tua Desa Teep Trans Alex Tambajong, mengaku sangat kecewa dengan Percasi Sulut. ”Ini kan namanya pembunuhan karakter terhadap para atlet di Provinsi Sulut. Apalagi anak ini usianya terlalu dini, untuk menerima fakta kekecewaan,” jelasnya .
Lanjut dia, dirinya berani tanggung jawab 50 persen anggaran tiket, apabila anaknya diikutsertakan dalam Kejurnas catur di Palembang. Tapi sayangnya apa yang menjadi budi baik mereka sebagai orang tua tidak digubris. Sementara itu Sekum Pengda Percasi Sulut Drs Nico Wenas saat dihubungi via ponsel mengatakan bahwa jatah kursi atlet catur yang membawa nama Sulut itu masih difokuskan pada atlet PON, lantaran dana terbatas.
”Terus terang dana yang diplot APBD tahun 2011 ini hanya Rp 3,6 miliar. Itu pun untuk semua cabang olahraga. Hal ini sangat terpaut jauh saat pembiayaan olahraga empat tahun lalu sebesar Rp 7,8 miliar. Jadi kami masih fokus untuk atlet dewasa dulu,” ungkap Wenas.
Disisi lain, tokoh masyarakat Minsel Julian Porawow berujar, bahwa hal ini menunjukkan bahwa keseriusan Pemprov Sulut terhadap pengembangan atlet catur di Provinsi Nyiur Melambai ini hampir tidak ada. ”Dimana penghargaan pemerintah terhadap atlet berprestasi. Akibat tidak diikutsertakan dalam iven lebih tinggi tersebut, iklim prestasi Provinsi Sulut akan melorot,” tandas Porawow. (ape)
AMURANG–David Sasongke (12) menjuarai Kejuaraan Catur tingkat Junior umur 12 tahun tingkat Provinsi Sulut di Kabupaten Sitaro beberapa waktu lalu. Tapi herannya Pengurus Daerah PERCASI Sulut tidak dapat memperjuangkannya pada Kejurnas Catur tingkat Nasional d Palembang. Kondisi seperti ini jelas membuat Penggurus Cabang Percasi Minsel heran. Lebih lagi 0rang tua David sendiri. Melalui Sonny Sasongke langsung mengeluhkan kondisi ini.
“Saya sangat kecewa dengan tidak diikutsertakan David ikut di Kejurnas catur di Palembang. Padahal David pernah menjadi juara peringkat pertama pada Kejurda tingkat Sulut tahun 2011 di Sitaro. Jelas-jelas membuat kami pikir-pikir kalau hal-hal seperti ini akan memberikan kontribusi buat Sulut khususnya. Untuk mengikuti saja di tingkat nasional sangat sulit. Apalagi dalam iven-iven lainnya,’’ tutur Sonny kepada wartawan ini Jumat (9/09) di Desa Teep Trans Kecamatan Amurang Barat.
Menurut Sasongke yang didampingi Hukum Tua Desa Teep Trans Alex Tambajong, mengaku sangat kecewa dengan Percasi Sulut. ”Ini kan namanya pembunuhan karakter terhadap para atlet di Provinsi Sulut. Apalagi anak ini usianya terlalu dini, untuk menerima fakta kekecewaan,” jelasnya .
Lanjut dia, dirinya berani tanggung jawab 50 persen anggaran tiket, apabila anaknya diikutsertakan dalam Kejurnas catur di Palembang. Tapi sayangnya apa yang menjadi budi baik mereka sebagai orang tua tidak digubris. Sementara itu Sekum Pengda Percasi Sulut Drs Nico Wenas saat dihubungi via ponsel mengatakan bahwa jatah kursi atlet catur yang membawa nama Sulut itu masih difokuskan pada atlet PON, lantaran dana terbatas.
”Terus terang dana yang diplot APBD tahun 2011 ini hanya Rp 3,6 miliar. Itu pun untuk semua cabang olahraga. Hal ini sangat terpaut jauh saat pembiayaan olahraga empat tahun lalu sebesar Rp 7,8 miliar. Jadi kami masih fokus untuk atlet dewasa dulu,” ungkap Wenas.
Disisi lain, tokoh masyarakat Minsel Julian Porawow berujar, bahwa hal ini menunjukkan bahwa keseriusan Pemprov Sulut terhadap pengembangan atlet catur di Provinsi Nyiur Melambai ini hampir tidak ada. ”Dimana penghargaan pemerintah terhadap atlet berprestasi. Akibat tidak diikutsertakan dalam iven lebih tinggi tersebut, iklim prestasi Provinsi Sulut akan melorot,” tandas Porawow. (ape)