BITUNG — Marinda Dumat, salah-satu siswi SMP Negeri 10 Bitung di Kelurahan Motto masih terlihat santai. Padahal hari itu adalah hari Senin yang merupakan hari awal sekolah yang tentu menjadi hari sibuk bagi para siswa karena harus bergegas ke sekolah untuk mengikuti upacara bendera.
Namun lain halnya dengan Marinda dan puluhan siswa yang ada di Motto Pulau Lembeh bagian utara. Bagi mereka hari Senin adalah hari santai, tidak seperti rekan-rekan lain di wilayah daratan kota Bitung yang sudah mulai
berkemas menjelang pukul 06.30 Wita karena harus mengikuti upacara bendera pukul 07.15 Wita.
“Sudah beberapa bulan ini kami tidak menggelar upacara bendera karena jumlah guru yang datang mengajar hari Senin sangat terbatas, tidak seperti hari berikutnya yang sudah lengkap,” ujar Marinda.
Rupanya, menurut penuturan Marinda, sebagian tenaga pengajar yang ada di sekolah tersebut baru kembali ke Motto Senin siang. Sesuai dengan jadwal perahu yang melayani penyeberangan dari Pelabuhan Fery Ruko Pateten ke Kelurahan Binuang pada siang hari.
“Dari Binuang baru naik ojek ke Motto. Otomatis mereka (para guru-red) tiba
siang hari ketika jam sekolah sudah akan usai,” tambahnya.
Sejumlah tenaga pengajar yang ditugaskan di SMP Negeri 10 ini rupanya lebih
memilih kembali ke kota Bitung setiap akhir pekan dengan alasan keluarga. Dan nanti kembali lagi ke Motto menjelang siang hari, karena kapal yang melayani penyeberangan baru ada siang hari itupun hanya sampai di Kelurahan Binuang.
Otomatis saja, proses belajar mengajar di salah-satu kelurahan terluar Pulau
Lembeh ini harus dimulai dari hari Selasa, bukan hari Senin sampai hari Sabtu
layaknya proses pendidikan pada umumnya. Padahal di Kelurahan Motto sendiri, berdekatan dengan gedung SMP dan SMA LMP Bitung sudah disediakan bangunan khusus untuk tempat tinggal tenaga pengajar.
Namun sayang, tempat tinggal atau mess para guru tersebut hanya diisi pada hari Selasa hingga Jumat saja. Karena pada hari Sabtu para tenaga pengajar sebagian besar lebih memilih untuk kembali ke Kota Bitung.
“Ini sudah berjalan sekian lama, dan tentu kami tidak dapat berbuat banyak
karena mereka (para guru-red) selalu menggunakan alasan keluarga jika hendak pulang ke Bitung,” ujar Sekertaris Kalurahan Motto, Alvian Dumat.
Sementara itu, menanggapi aktifitas belajar mengajar di Motto yang tergolong unik tersebut, Sekkot Bitung Edison Humiang mengaku sangat prihatin. Karena menurutnya, saat ini Pemkot Bitung sementara memprioritaskan masalah penyetaraan dan peningkatan pendidikan. Terutama di wilayah Lembeh yang selama ini memang selalu menjadi prioritas utama.
“Saya akan mengecek dan meminta Dinas Pendidikan dan Pemuda Olah Raga Kota Bitung untuk memperhatikan masalah tersebut. Karena jika memang demikian yang terjadi di Motto maka tentu pendidikan di Lembeh apalagi Motto akan tetap tertinggal,” tukas Humiang. (en)
BITUNG — Marinda Dumat, salah-satu siswi SMP Negeri 10 Bitung di Kelurahan Motto masih terlihat santai. Padahal hari itu adalah hari Senin yang merupakan hari awal sekolah yang tentu menjadi hari sibuk bagi para siswa karena harus bergegas ke sekolah untuk mengikuti upacara bendera.
Namun lain halnya dengan Marinda dan puluhan siswa yang ada di Motto Pulau Lembeh bagian utara. Bagi mereka hari Senin adalah hari santai, tidak seperti rekan-rekan lain di wilayah daratan kota Bitung yang sudah mulai
berkemas menjelang pukul 06.30 Wita karena harus mengikuti upacara bendera pukul 07.15 Wita.
“Sudah beberapa bulan ini kami tidak menggelar upacara bendera karena jumlah guru yang datang mengajar hari Senin sangat terbatas, tidak seperti hari berikutnya yang sudah lengkap,” ujar Marinda.
Rupanya, menurut penuturan Marinda, sebagian tenaga pengajar yang ada di sekolah tersebut baru kembali ke Motto Senin siang. Sesuai dengan jadwal perahu yang melayani penyeberangan dari Pelabuhan Fery Ruko Pateten ke Kelurahan Binuang pada siang hari.
“Dari Binuang baru naik ojek ke Motto. Otomatis mereka (para guru-red) tiba
siang hari ketika jam sekolah sudah akan usai,” tambahnya.
Sejumlah tenaga pengajar yang ditugaskan di SMP Negeri 10 ini rupanya lebih
memilih kembali ke kota Bitung setiap akhir pekan dengan alasan keluarga. Dan nanti kembali lagi ke Motto menjelang siang hari, karena kapal yang melayani penyeberangan baru ada siang hari itupun hanya sampai di Kelurahan Binuang.
Otomatis saja, proses belajar mengajar di salah-satu kelurahan terluar Pulau
Lembeh ini harus dimulai dari hari Selasa, bukan hari Senin sampai hari Sabtu
layaknya proses pendidikan pada umumnya. Padahal di Kelurahan Motto sendiri, berdekatan dengan gedung SMP dan SMA LMP Bitung sudah disediakan bangunan khusus untuk tempat tinggal tenaga pengajar.
Namun sayang, tempat tinggal atau mess para guru tersebut hanya diisi pada hari Selasa hingga Jumat saja. Karena pada hari Sabtu para tenaga pengajar sebagian besar lebih memilih untuk kembali ke Kota Bitung.
“Ini sudah berjalan sekian lama, dan tentu kami tidak dapat berbuat banyak
karena mereka (para guru-red) selalu menggunakan alasan keluarga jika hendak pulang ke Bitung,” ujar Sekertaris Kalurahan Motto, Alvian Dumat.
Sementara itu, menanggapi aktifitas belajar mengajar di Motto yang tergolong unik tersebut, Sekkot Bitung Edison Humiang mengaku sangat prihatin. Karena menurutnya, saat ini Pemkot Bitung sementara memprioritaskan masalah penyetaraan dan peningkatan pendidikan. Terutama di wilayah Lembeh yang selama ini memang selalu menjadi prioritas utama.
“Saya akan mengecek dan meminta Dinas Pendidikan dan Pemuda Olah Raga Kota Bitung untuk memperhatikan masalah tersebut. Karena jika memang demikian yang terjadi di Motto maka tentu pendidikan di Lembeh apalagi Motto akan tetap tertinggal,” tukas Humiang. (en)