Tondano – Gelaran Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) serentak di Sulawesi Utara tahun 2017 ini menyajikan kejutan di dua daerah berbeda.
Calon Petahana di Kabupaten Kepulauan Sangihe dan Bolaang Mongondow keduanya tumbang.
Di Sangihe, PDI Perjuangan mengusung calon petahana HR Makagansa. Sementara Ketua DPC PDIP Sangihe, Jabes Ezar Gaghana yang menyeberang ke Partai Golkar berhasil memenangkan pertarungan.
Kejutan juga terjadi di Bolmong, dimana Yasti Soepredjo Mokoagow bersama pasangan Yanny Tuuk akhirnya menjadi jawara, juga setelah mengalahkan calon petahana Salihi Mokodongan dengan pasangannya Jefri Tumelap.
Pengamat Politik dan Pemerintahan Dr Jerry Massie menganggap hal itu menarik untuk disimak sekaligus dievaluasi.
“Bisa saja dalam dua kekalahan calon petahana di Sulut ini ada unsur ketidakpuasan atau kekecewaan terhadap kinerja selama lima tahun memimpin. Maka dari itu, pemilih mayoritas lebih memilih calon lain,” kata Massie.
Untuk pertarungan di Pilkada serentak tahun 2018 mendatang ada lima calon petahana yang akan kembali maju. Mereka adalah Jantje Wowiling Sajow (Minahasa), James Sumendap (Minahasa Tenggara), Sri Wahyuni Manalip (Talaud), Tatong Bara (Kotamobagu) dan Depri Pontoh (Bolaang Mongondow Utara).
Kalau melihat fenomena di lapangan, tumbangnya dua calon petahana di Pilkada tahun 2017 ini ditambah sebelumnya yaitu Kabupaten Minahasa Utara (Sompie Singal) menjadi tanda awas bagi calon petahana yang akan berlaga di Pilkada 2018 nanti.
“Masyarakat sudah semakin cerdas memilih. Sedikit saja ada ketidakpuasan warga tentang kinerja calon petahana, maka itu bisa menjadi celah untuk dijadikan alasan mengapa warga lebih memilih calon lainnya,” tutur Massie.
Selebihnya dari alasan ketidakpuasan dan kekecewaan tersebut, tentu ada hal lain di internal partai pengusung yang juga tidak boleh terabaikan.
Mengenai hal tersebut, tentu itu bagiannya para elit partai yang dapat mengaturnya. (frangkiwullur)
Tondano – Gelaran Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) serentak di Sulawesi Utara tahun 2017 ini menyajikan kejutan di dua daerah berbeda.
Calon Petahana di Kabupaten Kepulauan Sangihe dan Bolaang Mongondow keduanya tumbang.
Di Sangihe, PDI Perjuangan mengusung calon petahana HR Makagansa. Sementara Ketua DPC PDIP Sangihe, Jabes Ezar Gaghana yang menyeberang ke Partai Golkar berhasil memenangkan pertarungan.
Kejutan juga terjadi di Bolmong, dimana Yasti Soepredjo Mokoagow bersama pasangan Yanny Tuuk akhirnya menjadi jawara, juga setelah mengalahkan calon petahana Salihi Mokodongan dengan pasangannya Jefri Tumelap.
Pengamat Politik dan Pemerintahan Dr Jerry Massie menganggap hal itu menarik untuk disimak sekaligus dievaluasi.
“Bisa saja dalam dua kekalahan calon petahana di Sulut ini ada unsur ketidakpuasan atau kekecewaan terhadap kinerja selama lima tahun memimpin. Maka dari itu, pemilih mayoritas lebih memilih calon lain,” kata Massie.
Untuk pertarungan di Pilkada serentak tahun 2018 mendatang ada lima calon petahana yang akan kembali maju. Mereka adalah Jantje Wowiling Sajow (Minahasa), James Sumendap (Minahasa Tenggara), Sri Wahyuni Manalip (Talaud), Tatong Bara (Kotamobagu) dan Depri Pontoh (Bolaang Mongondow Utara).
Kalau melihat fenomena di lapangan, tumbangnya dua calon petahana di Pilkada tahun 2017 ini ditambah sebelumnya yaitu Kabupaten Minahasa Utara (Sompie Singal) menjadi tanda awas bagi calon petahana yang akan berlaga di Pilkada 2018 nanti.
“Masyarakat sudah semakin cerdas memilih. Sedikit saja ada ketidakpuasan warga tentang kinerja calon petahana, maka itu bisa menjadi celah untuk dijadikan alasan mengapa warga lebih memilih calon lainnya,” tutur Massie.
Selebihnya dari alasan ketidakpuasan dan kekecewaan tersebut, tentu ada hal lain di internal partai pengusung yang juga tidak boleh terabaikan.
Mengenai hal tersebut, tentu itu bagiannya para elit partai yang dapat mengaturnya. (frangkiwullur)