Kegiatan Pemulihan Tanaman Cabe oleh PT. Gunung Mas Agro Lestari
Tompaso – Keberhasilan PT. Gunung Mas Agro Lestari mengembangkan tanaman cabe keriting rupanya tak ditanggapi baik oleh orang asli Minahasa sendiri. Oknum tersebut berhasil menghasut para anggota kelompok tani dengan gosip yang sama sekali hanya ingin menjatuhkan nama baik perusahan yang didirikan putera kawanua. Meski termakan hasutan, toh PT. GMAL berhasil melakukan panen cabe hampir setiap hari.
Direktur Utama PT. GMAL Pieter Tangka mengakui bahwa tanaman cabe yang ditanam oleh kelompok tani di Minahasa memang sempat terserang penyakit antraxnose. Sifat dari jenis penyakit tersebut adalah endemik di Minahasa, sehingga mustahi bagi seorang petani kalau mengatakan tanaman cabenya tidak pertanah terserang penyakit yang memang dapat mengganggu produktivitas buah.
“Saya tegaskan lagi bahwa penyakit atau virus antraxnose itu sifatnya endemik di Minahasa. Namun kami berhasil melakukan pemulihan, sehingga bisa mengembalikan prodiktivitas buah cabe seperti semula. Hampir setiap hari kami PT. GMAL panen cabe di Minahasa. Dibandingkan dengan Pulau Jawa, saat ini petani mengalami kelangkaan. Tak heran harganya rata-rata mencapai Rp. 42.000/kg,” ungka Tangka.
Cabe Keriting PT. GMAL Terus Berproduksi
Tangka menambahkan, Pasar Komoditi Tangerang saja sempat menghubungi PT. GMAL untuk meminta pasokan cabe keriting 10 ton setiap minggu. Namun karena terkendala sering terjadinya pemadaman listrik, akibatnya tidak bisa menghidupkan cool storage untuk menahan persediaan cabe agar tetap berada dalam kondisi fresh. Buntutnya PT. GMAL tidak bisa melakukan pengiriman cabe keluar pulau.
Dari sisi petani, Tangka menambahkan bahwa sangat disayangkan petani bisa termakan hasutan oknum tak bertanggung jawab yang sukanya hanya menyebar gosip dan bukan memberikan contoh yang sama seperti yang dilakukan PT. GMAL. Akibatnya, petani jadi malas kerja dan kebun pun terbengkalai. Pemandangan rusak itulah yang dijadikan bahan hasutan.
PT. GMAL sendiri sudah memanggil para petani yang tanaman cabenya terkena penyakit. Arahan langsung dilakukan oleh PT. GMAL. Saat ini kondisi sudah berangsur pulih. Prihatin dengan kondisi awal, bahkan sang Komisaris pun turun langsung untuk melakukan pendekatan kepada petani. Sekarang tinggal bagaimana kelompok tani yang ada masih ingin bermitra dengan PT. GMAL atau sebaliknya. (frangkiwullur)
Kegiatan Pemulihan Tanaman Cabe oleh PT. Gunung Mas Agro Lestari
Tompaso – Keberhasilan PT. Gunung Mas Agro Lestari mengembangkan tanaman cabe keriting rupanya tak ditanggapi baik oleh orang asli Minahasa sendiri. Oknum tersebut berhasil menghasut para anggota kelompok tani dengan gosip yang sama sekali hanya ingin menjatuhkan nama baik perusahan yang didirikan putera kawanua. Meski termakan hasutan, toh PT. GMAL berhasil melakukan panen cabe hampir setiap hari.
Direktur Utama PT. GMAL Pieter Tangka mengakui bahwa tanaman cabe yang ditanam oleh kelompok tani di Minahasa memang sempat terserang penyakit antraxnose. Sifat dari jenis penyakit tersebut adalah endemik di Minahasa, sehingga mustahi bagi seorang petani kalau mengatakan tanaman cabenya tidak pertanah terserang penyakit yang memang dapat mengganggu produktivitas buah.
“Saya tegaskan lagi bahwa penyakit atau virus antraxnose itu sifatnya endemik di Minahasa. Namun kami berhasil melakukan pemulihan, sehingga bisa mengembalikan prodiktivitas buah cabe seperti semula. Hampir setiap hari kami PT. GMAL panen cabe di Minahasa. Dibandingkan dengan Pulau Jawa, saat ini petani mengalami kelangkaan. Tak heran harganya rata-rata mencapai Rp. 42.000/kg,” ungka Tangka.
Cabe Keriting PT. GMAL Terus Berproduksi
Tangka menambahkan, Pasar Komoditi Tangerang saja sempat menghubungi PT. GMAL untuk meminta pasokan cabe keriting 10 ton setiap minggu. Namun karena terkendala sering terjadinya pemadaman listrik, akibatnya tidak bisa menghidupkan cool storage untuk menahan persediaan cabe agar tetap berada dalam kondisi fresh. Buntutnya PT. GMAL tidak bisa melakukan pengiriman cabe keluar pulau.
Dari sisi petani, Tangka menambahkan bahwa sangat disayangkan petani bisa termakan hasutan oknum tak bertanggung jawab yang sukanya hanya menyebar gosip dan bukan memberikan contoh yang sama seperti yang dilakukan PT. GMAL. Akibatnya, petani jadi malas kerja dan kebun pun terbengkalai. Pemandangan rusak itulah yang dijadikan bahan hasutan.
PT. GMAL sendiri sudah memanggil para petani yang tanaman cabenya terkena penyakit. Arahan langsung dilakukan oleh PT. GMAL. Saat ini kondisi sudah berangsur pulih. Prihatin dengan kondisi awal, bahkan sang Komisaris pun turun langsung untuk melakukan pendekatan kepada petani. Sekarang tinggal bagaimana kelompok tani yang ada masih ingin bermitra dengan PT. GMAL atau sebaliknya. (frangkiwullur)