Manado – Kuburan nenek-moyang, Waruga-waruga di Kuwil sesungguhnya adalah warisan leluhur yang memiliki nilai bagi sejarah dan budaya Minahasa.
Seseorang peneliti asal Belanda, C.T. Bertling, dalam artikelnya berjudul “De Minahasische ‘en ‘ Hockerbesstattung” yang dimuat pada Nederlantucch Indie Oud en Nieuw XVI, edisi Juni 1931 menyebutkan Waruga-Waruga di Kuwil yang menurutnya menarik oleh karena bentuk-bentuk motifnya khas dan sarat makna.
Menurut Jaringan Komunitas Budaya Minahasa melalui press rilisnya kepada BeritaManado.com, Bertling menyebutkan, kata “waruga’ berasal dari kata “wa” (singkatan darikata “wawa”) yang berarti “sempurna, benar” dan kata “roega”(ruga) yang berarti “dikenakan pakaian”,”tubuh yang terlarut”.
“Waroega akan menjadi tempat dimana seluruh tubuh menjadi hancur.” sementara jiwa akan tetap ada,abadi.
Berdasarkan tinjawan historis ini, kita dapat memahami bahwa pembangunan Waduk di wilayah Kuwil-Kawangkoan ini akan melenyapkan penanda-penanda kebudayaan yang membuktikan keberadaan dan eksistensi Kaum Tonsea, terutama keberadaan mereka yang bertempat di Kuwil-Kawangkoaan-Aermadidi.
Perusakan waruga dalam hal ini berarti pemusnahan asal usul sebuah bangsa dan pembongkaran Watu Tumani atau Batu Penjuru SAtu Negeri berarti meniadakan tujuan hidup dari satu masyarakat. Adapun Pencaplokan Tanah Kalakeran atau Tanah Bersama berarti penguasaan dari satu kepentingan tertentu atas kepentingan banyak orang.
“Bertolak dari kenyataan ini maka tidak bisa tidak, pembangunan waduk di wilayah Kuwil-Kawangkoaan-Aermadidi ini tak bisa diterima keberadaannya. Tanah’ Kalakeran, Watu Tumani Kinangkoaan dan Waruga Para Leluhur adalah Penanda Identitas Tonsea (Baca: Tou Minahasa), pembangunan waduk di kawasan ini sama artinya dengan menenggelamkan keberadaan hidup Tou Minahasa dalam tubir pelupaan,” jelas Rikson Karundeng dari Jaringan Komunitas Budaya Minahasa. (***/jerrypalohoon)
Baca juga berita terkait Save Waruga:
- Save Waruga, Kinaangkoan adalah Ekspresi Kebahagiaan Para Leluhur
- Save Waruga, Ini Asal-Usul Nama Kawangkoan