MANADO – Pertamina tetap memasok bahan bakar minyak tanah kepada masyarakat di Provinsi Sulawesi Utara (Sulut) sepanjang belum ada perintah penghentian penyaluran BBM bersubsidi oleh pemerintah.
“Kami menunggu saja, sepanjang belum ada petunjuk pembatasan penyaluran minyak tanah, maka akan tetap mengalokasikan sesuai pagu yang ditetapkan Kementeri Energi dan Sumber Daya Mineral,” kata Sales Area Manager BBM Retail Pertamina Manado, Irwansyah, Kamis (30/6).
Irwansyah, mengatakan, tidak benar jika pihaknya sudah mulai membatasi penyaluran minyak tanah, menyusul semakin banyaknya peralatan tabung elpiji beserta perlengkapan konversi minyak tanah ke elpiji tersalur ke masyarakat.
“Hingga akhir Juni ini, realisasi penjualan minyak tanah melalui pangkalan berkisar 200 hingga 300 kiloliter per hari (Kl), jumlah tersebut normal berdasarkan rata-rata kebutuhan harian,” kata Irwansyah.
Kendati belum menghentikan distribusi minyak tanah bersubsidi melalui jaringan pangkalan, namun Pertamina mengingatkan masyarakat untuk mulai aktif mengalihkan penggunaan elpiji, karena cepat atau lambat minyak tanah bersubsidi pasti akan dicabut peredarannya.
“Jika minyak tanah bersubsidi dicabut peredarannya, maka bisa dipastikan akan terjadi lonjakan harga sangat tajam, karena penjualan berdasarkan BBM tersebut berdasar harga keekonomian yang mengikuti perkembangan pasar internasional,” tukas Irwansyah. (abm)
MANADO – Pertamina tetap memasok bahan bakar minyak tanah kepada masyarakat di Provinsi Sulawesi Utara (Sulut) sepanjang belum ada perintah penghentian penyaluran BBM bersubsidi oleh pemerintah.
“Kami menunggu saja, sepanjang belum ada petunjuk pembatasan penyaluran minyak tanah, maka akan tetap mengalokasikan sesuai pagu yang ditetapkan Kementeri Energi dan Sumber Daya Mineral,” kata Sales Area Manager BBM Retail Pertamina Manado, Irwansyah, Kamis (30/6).
Irwansyah, mengatakan, tidak benar jika pihaknya sudah mulai membatasi penyaluran minyak tanah, menyusul semakin banyaknya peralatan tabung elpiji beserta perlengkapan konversi minyak tanah ke elpiji tersalur ke masyarakat.
“Hingga akhir Juni ini, realisasi penjualan minyak tanah melalui pangkalan berkisar 200 hingga 300 kiloliter per hari (Kl), jumlah tersebut normal berdasarkan rata-rata kebutuhan harian,” kata Irwansyah.
Kendati belum menghentikan distribusi minyak tanah bersubsidi melalui jaringan pangkalan, namun Pertamina mengingatkan masyarakat untuk mulai aktif mengalihkan penggunaan elpiji, karena cepat atau lambat minyak tanah bersubsidi pasti akan dicabut peredarannya.
“Jika minyak tanah bersubsidi dicabut peredarannya, maka bisa dipastikan akan terjadi lonjakan harga sangat tajam, karena penjualan berdasarkan BBM tersebut berdasar harga keekonomian yang mengikuti perkembangan pasar internasional,” tukas Irwansyah. (abm)