Manado – Potensi pertambangan khususnya emas di Provinsi Sulawesi Utara masih sangat besar, meskipun demikian nasib perusahaan-perusahaan pertambangan di Provinsi ini sungguh ironi. Mulai dari penolakan warga sampai dengan permasalahan internal antara manajemen dan karyawan menjadi santapan sehari-hari perusahaan tambang di daerah Nyiur Melambai ini. Setidaknya hal ini terlihat sejak PT. Newmont Minahasa Raya (NMR) hengkang dari daerah kaya hasil bumi tersebut.
Dari data yang berhasil dihimpun, tercatat beberapa perusahaan tambang yang mencoba mengulangi kesuksesan NMR dalam industry pertambangan. Dari beberapa perusahaan tersebut, ada dua perusahaan tambang yang telah beroperasi di Sulawesi Utara, yang pertama adalah PT. Meares Soputan Mining (MSM) dan PT. Tambang Tondano Nusajaya (TTN).
Meskipun telah lama beroperasi dengan persentase 75% karyawan asli daerah, namun bukan berarti tidak ada masalah dalam pengoperasian tambang ini. PT MSM dan PT. TTN menghadapi dua isu besar yaitu isu lingkungan dan isu kesejahteraan karyawan. Berkali-kali demonstrasi besar-besaran sampai pemblokiran jalan ke area tambang dilakukan oleh karyawan perusahaan, alasan yang diusung mulai dari gaji sampai tunjangan karyawan.
Bukan hanya konflik internal, namun konflik eksternalpun dihadapi oleh perusahaan ini. DPRD Minahasa Utara pernah menuding menajemen perusahaan tidak transparan dalam pelaporan hasil produksi sehingga mengurangi setoran pajak ke pemerintah kabupaten.
Saat dikonfirmasi Humas PT. MSM dan PT. TTN, Harry ‘Inyo’ Rumondor menuturkan bahwa permasalahan tersebut telah diselesaikan oleh pihak manajemen. “Sudah diselesaikan oleh pihak manajemen,” tukas Rumondor. (oke)
Manado – Potensi pertambangan khususnya emas di Provinsi Sulawesi Utara masih sangat besar, meskipun demikian nasib perusahaan-perusahaan pertambangan di Provinsi ini sungguh ironi. Mulai dari penolakan warga sampai dengan permasalahan internal antara manajemen dan karyawan menjadi santapan sehari-hari perusahaan tambang di daerah Nyiur Melambai ini. Setidaknya hal ini terlihat sejak PT. Newmont Minahasa Raya (NMR) hengkang dari daerah kaya hasil bumi tersebut.
Dari data yang berhasil dihimpun, tercatat beberapa perusahaan tambang yang mencoba mengulangi kesuksesan NMR dalam industry pertambangan. Dari beberapa perusahaan tersebut, ada dua perusahaan tambang yang telah beroperasi di Sulawesi Utara, yang pertama adalah PT. Meares Soputan Mining (MSM) dan PT. Tambang Tondano Nusajaya (TTN).
Meskipun telah lama beroperasi dengan persentase 75% karyawan asli daerah, namun bukan berarti tidak ada masalah dalam pengoperasian tambang ini. PT MSM dan PT. TTN menghadapi dua isu besar yaitu isu lingkungan dan isu kesejahteraan karyawan. Berkali-kali demonstrasi besar-besaran sampai pemblokiran jalan ke area tambang dilakukan oleh karyawan perusahaan, alasan yang diusung mulai dari gaji sampai tunjangan karyawan.
Bukan hanya konflik internal, namun konflik eksternalpun dihadapi oleh perusahaan ini. DPRD Minahasa Utara pernah menuding menajemen perusahaan tidak transparan dalam pelaporan hasil produksi sehingga mengurangi setoran pajak ke pemerintah kabupaten.
Saat dikonfirmasi Humas PT. MSM dan PT. TTN, Harry ‘Inyo’ Rumondor menuturkan bahwa permasalahan tersebut telah diselesaikan oleh pihak manajemen. “Sudah diselesaikan oleh pihak manajemen,” tukas Rumondor. (oke)