MANADO – Fundamental ekonomi makro Asean saat ini dinilai cukup kokoh untuk menahan dampak ketidakpastian ekonomi global yang antara lain muncul akibat krisis utang Eropa dan penurunan peringkat utang Amerika Serikat.
“Dari cadangan devisa, rasio utang dan Produk Domestik Bruto, maupun sistem perbankan yang relatif sehat, kondisi Asean relatif aman dari segi fundamental makro. Jadi sepertinya tidak akan banyak terpengaruh kondisi Eropa dan Amerika,” kata Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu yang menjabat Ketua Asean Economic Ministerial Meeting (AEM) di Manado, Rabu (10/8).
Dengan kondisi yang demikian, ia menjelaskan, fluktuasi pasar modal atau arus modal yang bisa terjadi akibat ketidakpastian ekonomi global akan dapat diatasi dengan mekanisme pertahanan yang sudah ada di Asean termasuk “Chiang Mai Initiative.”
“Chiang Mai Initiative” adalah pengaturan multilateral diantara negara-negara Asean+3 (Jepang, China dan Korea Selatan) untuk mengatasi krisis keuangan melalui penyediaan cadangan dana bersama.
Di samping itu, Mari menjelaskan, perdagangan intra-Asean juga tumbuh bermakna dalam lima tahun terakhir. Selama tahun 2010, arus ekspor impor di Asean tercatat meningkat sebesar 33 persen dan perdagangan intra-Asean naik 38,2 persen.
Pertumbuhan perdagangan intra-Asean tersebut menurunkan tingkat ketergantungan negara-negara anggota Asean terhadap pasar ekspor tradisional seperti Amerika dan Eropa.
“Indonesia sebagai contoh, pasar ekspornya sudah terdiversifikasi. Sekarang ekspor ke pasar tradisional seperti Amerika dan Eropa menurun, sebaliknya ekspor ke negara ekonomi tumbuh di kawasan Asia dan Asean meningkat,” katanya.
Kondisi ini, menurut dia, akan membuat anggota Asean bisa mengantisipasi kemungkinan terjadinya perlambatan ekspor akibat penurunan permintaan dari pasar Amerika dan Eropa dengan mempertahankan pertumbuhan perdagangannya dengan negara-negara sekawasan.(bbm)