AIRMADIDI – Kabupaten Minahasa Utara mentargetkan jadi sentra produksi rumput laut di Kawasan Timur Indonesia (KTI) pada 2015 dengan produksi 1,1 juta ton per tahun.
“Guna mencapai target tersebut, maka Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Minut meluncurkan visi sebagai daerah penghasil rumput laut terbesar pada tahun 2015,” kata Kepala DKP Minahasa Utara, Ir. Ronny Siwi. Visi ini, katanya, mendorong pemerintah daerah dan masyarakat kabupaten ini untuk memperluas areal budidaya rumput laut hingga 44.000 hektare.
“Dengan luas areal budidaya 44.000 hektare dan perkiraan produksi 25 ton per ton setiap maka target produksi 1,1 juta ton dapat tercapai,” tandas Siwi.
Perluasan areal budidaya di Minahasa Utara, sambungnya cukup memungkinkan, karena kondisi perairan di beberapa kawasan sangat cocok untuk pengembangan rumput laut.
“Investor Taiwan ketika berkunjung ke Minut mengakui kualitas rumput laut Minut paling baik di Indonesia,” tambahnya. Tahun ini, produksi rumput laut masyarakat Minahasa Utara sekitar 100 ton, tahun depan akan terus ditingkatkan, untuk itu maka pemerintah mengalokasikan anggaran baik dari APBN maupun APBD.
“Alokasi anggaran pemerintah dalam menopang budidaya rumput laut di Minut sejak tahun lalu hingga tahun ini mencapai Rp 800 juta,” beber Siwi. Dana tersebut diantaranya untuk membeli bibit rumput laut unggul dan tahan penyakit serta mampu berproduksi minimal 25 ton per tahun per hektare. Rumput laut merupakan salah satu komoditas unggulan Sulut yang terus dipacu melalui program revitalisasi pertanian dan perikanan.
Komoditas Sulut ini sebelumnya pernah merajai pasar Eropa dan beberapa kawasan Asia. Namun sejak terkena penyakit ice-ice, produksinya langsung anjlok dan hingga kini ekspor terus menurun. (Melvia)
AIRMADIDI – Kabupaten Minahasa Utara mentargetkan jadi sentra produksi rumput laut di Kawasan Timur Indonesia (KTI) pada 2015 dengan produksi 1,1 juta ton per tahun.
“Guna mencapai target tersebut, maka Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Minut meluncurkan visi sebagai daerah penghasil rumput laut terbesar pada tahun 2015,” kata Kepala DKP Minahasa Utara, Ir. Ronny Siwi. Visi ini, katanya, mendorong pemerintah daerah dan masyarakat kabupaten ini untuk memperluas areal budidaya rumput laut hingga 44.000 hektare.
“Dengan luas areal budidaya 44.000 hektare dan perkiraan produksi 25 ton per ton setiap maka target produksi 1,1 juta ton dapat tercapai,” tandas Siwi.
Perluasan areal budidaya di Minahasa Utara, sambungnya cukup memungkinkan, karena kondisi perairan di beberapa kawasan sangat cocok untuk pengembangan rumput laut.
“Investor Taiwan ketika berkunjung ke Minut mengakui kualitas rumput laut Minut paling baik di Indonesia,” tambahnya. Tahun ini, produksi rumput laut masyarakat Minahasa Utara sekitar 100 ton, tahun depan akan terus ditingkatkan, untuk itu maka pemerintah mengalokasikan anggaran baik dari APBN maupun APBD.
“Alokasi anggaran pemerintah dalam menopang budidaya rumput laut di Minut sejak tahun lalu hingga tahun ini mencapai Rp 800 juta,” beber Siwi. Dana tersebut diantaranya untuk membeli bibit rumput laut unggul dan tahan penyakit serta mampu berproduksi minimal 25 ton per tahun per hektare. Rumput laut merupakan salah satu komoditas unggulan Sulut yang terus dipacu melalui program revitalisasi pertanian dan perikanan.
Komoditas Sulut ini sebelumnya pernah merajai pasar Eropa dan beberapa kawasan Asia. Namun sejak terkena penyakit ice-ice, produksinya langsung anjlok dan hingga kini ekspor terus menurun. (Melvia)