Minut, BeritaManado.com – Keberadaan Zero Point Minahasa Utara (Minut) semakin menjajikan.
Bagi sejumlah pedagang, ikon Tanah Tonsea yang membatasi antara Kecamatan Dimembe, Kalawat dan Airmadidi ini menjadi tempat mengais rezeki.
Pantauan BeritaManado.com, Jumat (15/12/2017), meski Zero Point masih dalam tahap pembangunan, namun sudah banyak pedagang yang berjualan di seputaran Zero Point, mulai dari pedagang buah, makanan, lukisan, senjata, dan masih banyak lagi.
Doni, pedagang pelampung mengatakan, keuntungan dari berjualan di Zero Point cukup banyak.
“Saya sudah keliling berjualan dari Manado, Amurang (Minahasa Selatan) dan Kotamobagu, dan disini. Kalau jalur disini cukup ramai, jadi pembeli juga banyak,” ujar warga asal Garut Jawa Barat itu.
Menurut pengakuan Doni, pelampung yang dijual dengan harga variatif tergantung model, dimulai dengan harga Rp50-200 ribu per buah.
“Yang paling mahal ada kolam renang plastik, kalau sedang ramai bisa habis 4 sampai 5 buah, Terkadang saya juga berjualan ayunan dan tenda,” kata Doni.
Lain Doni, lain juga yang dijual Yanto.
Pria asal Semarang Jawa Tengah ini berjualan aneka lukisan berbingkai dengan ukuran rata-rata 1 meter seharga Rp300 ribu per buah.
Menurut pengakuan Yanto, dia sudah dua bulan berjualan di Zero Point, setelah sebelumnya di Kota Manado.
“Kendala disini kalau hujan sulit berjualan,” kata Yango, yang bisa menjual 3 lukisan setiap hari.
(Finda Muhtar)
Minut, BeritaManado.com – Keberadaan Zero Point Minahasa Utara (Minut) semakin menjajikan.
Bagi sejumlah pedagang, ikon Tanah Tonsea yang membatasi antara Kecamatan Dimembe, Kalawat dan Airmadidi ini menjadi tempat mengais rezeki.
Pantauan BeritaManado.com, Jumat (15/12/2017), meski Zero Point masih dalam tahap pembangunan, namun sudah banyak pedagang yang berjualan di seputaran Zero Point, mulai dari pedagang buah, makanan, lukisan, senjata, dan masih banyak lagi.
Doni, pedagang pelampung mengatakan, keuntungan dari berjualan di Zero Point cukup banyak.
“Saya sudah keliling berjualan dari Manado, Amurang (Minahasa Selatan) dan Kotamobagu, dan disini. Kalau jalur disini cukup ramai, jadi pembeli juga banyak,” ujar warga asal Garut Jawa Barat itu.
Menurut pengakuan Doni, pelampung yang dijual dengan harga variatif tergantung model, dimulai dengan harga Rp50-200 ribu per buah.
“Yang paling mahal ada kolam renang plastik, kalau sedang ramai bisa habis 4 sampai 5 buah, Terkadang saya juga berjualan ayunan dan tenda,” kata Doni.
Lain Doni, lain juga yang dijual Yanto.
Pria asal Semarang Jawa Tengah ini berjualan aneka lukisan berbingkai dengan ukuran rata-rata 1 meter seharga Rp300 ribu per buah.
Menurut pengakuan Yanto, dia sudah dua bulan berjualan di Zero Point, setelah sebelumnya di Kota Manado.
“Kendala disini kalau hujan sulit berjualan,” kata Yango, yang bisa menjual 3 lukisan setiap hari.
(Finda Muhtar)