MANADO – Kebijakan pembatasan Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis premium dianggap Fraksi Partai Golkar (FPG) Deprov Sulut tidak populis. Pasalnya menurut Ketua FPG Eddyson Masengi, kebijakan tersebut hanya menyengsarakan masyarakat karena pemerintah tidak pernah terbuka apa yang mendasari sehingga melakukan pembatasan premium.
“Memang kebijakan tersebut bermaksud bagus tapi sayang pemerintah tidak transparan kepada masyarakat, jadi saya menilai kebijakan pembatasan BBM jenis premium adalah kebijakan yang tidak populis,” jelas Masengi kepada beritamanado, Senin (13/12) pagi.
Masengi berharap kebijakan pembatasan BBM bukan hanya dalih dari pemerintah yang ujung-ujungnya mengakibatkan kesulitan ditengah masyarakat. Seperti saat ini, masyarakat harus melakukan antrian panjang di SPBU karena pasokan premium dibatasi.
“Kalau memang kebijakan pengurangan premium karena penggalakkan pertamax maka harus terbuka, tidak usah berdalih macam-macam.
Beralasan pasokan terlambat karena cuaca atau alasan lain yang selalu terulang tanpa ada solusi,” katanya. (EN)
MANADO – Kebijakan pembatasan Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis premium dianggap Fraksi Partai Golkar (FPG) Deprov Sulut tidak populis. Pasalnya menurut Ketua FPG Eddyson Masengi, kebijakan tersebut hanya menyengsarakan masyarakat karena pemerintah tidak pernah terbuka apa yang mendasari sehingga melakukan pembatasan premium.
“Memang kebijakan tersebut bermaksud bagus tapi sayang pemerintah tidak transparan kepada masyarakat, jadi saya menilai kebijakan pembatasan BBM jenis premium adalah kebijakan yang tidak populis,” jelas Masengi kepada beritamanado, Senin (13/12) pagi.
Masengi berharap kebijakan pembatasan BBM bukan hanya dalih dari pemerintah yang ujung-ujungnya mengakibatkan kesulitan ditengah masyarakat. Seperti saat ini, masyarakat harus melakukan antrian panjang di SPBU karena pasokan premium dibatasi.
“Kalau memang kebijakan pengurangan premium karena penggalakkan pertamax maka harus terbuka, tidak usah berdalih macam-macam.
Beralasan pasokan terlambat karena cuaca atau alasan lain yang selalu terulang tanpa ada solusi,” katanya. (EN)