RATAHAN – Korban banjir di Desa Makalu, Makalu Selatan, Tatengesan dan Tatengesan I, Kecamatan Pusomaen, Kabupaten Minahasa Tenggara, kesulitan air bersih.
“Kami saat ini masih merasakan kesulitan air bersih untuk memasak dan MCK walaupun ada pasokan air bersih dari pemerintah,” ujar Silvia Sualang, warga Tatengesan, di Kecamatan Pusomaen, Rabu.
Menurut dia, keseharian kebanyakan warga menggunakan sumur atau air sungai untuk memasak dan MCK namun setelah Sungai Makalu meluap dan merendam permukiman warga, rata-rata sumur warga tidak bisa digunakan lagi.
“Sumur telah tertutup lumpur. Butuh waktu untuk menguras dan harus benar-benar bersih,” katanya. Banjir menerjang pemukiman warga pada Sabtu (3/9), menghanyutkan 19 rumah dan hewan ternak serta merusak ratusan rumah warga dan areal pertanian.
Camat Pusomaen, Pieter Pontororing mengakui, warga sulit mendapat air bersih dan pemerintah berupaya maksimal mengatasi persoalan itu.(nal)
RATAHAN – Korban banjir di Desa Makalu, Makalu Selatan, Tatengesan dan Tatengesan I, Kecamatan Pusomaen, Kabupaten Minahasa Tenggara, kesulitan air bersih.
“Kami saat ini masih merasakan kesulitan air bersih untuk memasak dan MCK walaupun ada pasokan air bersih dari pemerintah,” ujar Silvia Sualang, warga Tatengesan, di Kecamatan Pusomaen, Rabu.
Menurut dia, keseharian kebanyakan warga menggunakan sumur atau air sungai untuk memasak dan MCK namun setelah Sungai Makalu meluap dan merendam permukiman warga, rata-rata sumur warga tidak bisa digunakan lagi.
“Sumur telah tertutup lumpur. Butuh waktu untuk menguras dan harus benar-benar bersih,” katanya. Banjir menerjang pemukiman warga pada Sabtu (3/9), menghanyutkan 19 rumah dan hewan ternak serta merusak ratusan rumah warga dan areal pertanian.
Camat Pusomaen, Pieter Pontororing mengakui, warga sulit mendapat air bersih dan pemerintah berupaya maksimal mengatasi persoalan itu.(nal)