Manado – Bertemakan Peran Pemuda Dalam Menangkal Bahaya Radikalisme Atas Nama Agama, KNPI Sulut yang diketuai oleh Jackson Kumaat sukses menggelar dialog kepemudaan yang diselenggarakan di sekretariat DPD KNPI yang terletak di kawasan Koni Manado, Sabtu (25/6/16) kemarin.
Dalam dialog tersebut yang menghadirkan sejumlah narasumber yakni Zulham Hiola (Sekretaris Umum MA Sulut), Iswadi Amali (Sekretaris DPD KNPI Sulut), serta Heard Runtuwene (Komisi Remaja Sinode GMIM) dan dimoderatori oleh Alwan Rikun selaku Ketua GEMA Sulut.
Heard Runtuwene pada materinya menyampaikan tentang pentingnya peran pemuda sebagai pembawa pesan damai, Sehingga radikalisme yang berlatar agama bisa ditangkal untuk tak terjadi di Sulut.
Menurut Runtuwene radikalisme adalah paham atau aliran yang radikal dalam politik juga menginginkan perubahan atau pembaharuan sosial dan politik dengan cara kekerasan atau drastis serta adalah sikap ekstrem dalam aliran politik.Heard menjabarkan Radikalisme berasal dari bahasa Latin radix yang berarti “akar” adalah istilah yang digunakan pada akhir abad ke-18 untuk pendukung Gerakan Radikal.
“Dalam sejarah, gerakan yang dimulai di Britania Raya ini meminta reformasi sistem pemilihan secara radikal.Gerakan ini awalnya menyatakan dirinya sebagai partai kiri jauh yang menentang partai kanan jauh. Begitu “radikalisme” historis mulai terserap dalam perkembangan liberalisme politik, pada abad ke-19 makna istilah radikal di Britania Raya dan Eropa daratan berubah menjadi ideologi liberal yang progresif,” terang Runtuwene.
Sementara Zulham dalam pemaparannya menjelaskan radikalisme berawal dari adanya pemahaman sempit terhadap nilai-nilai yang diajarkan suatu agama.
Menurutnya benih-benih lahirnya radikalisme juga berasal dari lembaga pendidikan yang tidak secara spesifik melakukan patron dalam melakukan filterisasi literatur bacaan bagi para anak didik, untuk itu perlunya selektifitas dari pemerintah.
Sementara itu, Sekretaris DPD KNPI Sulut, Iswadi Amali menegaskan pentingnya peran strategis pemuda sebagai agen of change dalam mendorong perubahan sosial dimasyarakat, tanpa melepaskan tanggunjawabnya untuk melakukan fungsi kontrol.
“Saat ini di era digitalisasi perjuangan pemuda melawan radikalisme adalah dengan berperan salah satunya dengan pesan damai dan menjadi pembawa damai itu sendiri.Pendidikan yang tepat serta komunikasi dan informasi positif dapat menjadikan pemuda berperan dalam ‘agent of peace’ pembawa damai ini dapat dijadikan virus kepada masyarakat, untuk dijangkiti kepada seluruh rakyat khususnya kalangan pemuda,” tegasnya.
Acara dialog kepemudaan ini dihadiri oleh seluruh elemen pemuda atau organisasi kepemudaan yang tergabung dalam wadah berhimpun DPD KNPI Sulut. (*/LeKa)
Manado – Bertemakan Peran Pemuda Dalam Menangkal Bahaya Radikalisme Atas Nama Agama, KNPI Sulut yang diketuai oleh Jackson Kumaat sukses menggelar dialog kepemudaan yang diselenggarakan di sekretariat DPD KNPI yang terletak di kawasan Koni Manado, Sabtu (25/6/16) kemarin.
Dalam dialog tersebut yang menghadirkan sejumlah narasumber yakni Zulham Hiola (Sekretaris Umum MA Sulut), Iswadi Amali (Sekretaris DPD KNPI Sulut), serta Heard Runtuwene (Komisi Remaja Sinode GMIM) dan dimoderatori oleh Alwan Rikun selaku Ketua GEMA Sulut.
Heard Runtuwene pada materinya menyampaikan tentang pentingnya peran pemuda sebagai pembawa pesan damai, Sehingga radikalisme yang berlatar agama bisa ditangkal untuk tak terjadi di Sulut.
Menurut Runtuwene radikalisme adalah paham atau aliran yang radikal dalam politik juga menginginkan perubahan atau pembaharuan sosial dan politik dengan cara kekerasan atau drastis serta adalah sikap ekstrem dalam aliran politik.Heard menjabarkan Radikalisme berasal dari bahasa Latin radix yang berarti “akar” adalah istilah yang digunakan pada akhir abad ke-18 untuk pendukung Gerakan Radikal.
“Dalam sejarah, gerakan yang dimulai di Britania Raya ini meminta reformasi sistem pemilihan secara radikal.Gerakan ini awalnya menyatakan dirinya sebagai partai kiri jauh yang menentang partai kanan jauh. Begitu “radikalisme” historis mulai terserap dalam perkembangan liberalisme politik, pada abad ke-19 makna istilah radikal di Britania Raya dan Eropa daratan berubah menjadi ideologi liberal yang progresif,” terang Runtuwene.
Sementara Zulham dalam pemaparannya menjelaskan radikalisme berawal dari adanya pemahaman sempit terhadap nilai-nilai yang diajarkan suatu agama.
Menurutnya benih-benih lahirnya radikalisme juga berasal dari lembaga pendidikan yang tidak secara spesifik melakukan patron dalam melakukan filterisasi literatur bacaan bagi para anak didik, untuk itu perlunya selektifitas dari pemerintah.
Sementara itu, Sekretaris DPD KNPI Sulut, Iswadi Amali menegaskan pentingnya peran strategis pemuda sebagai agen of change dalam mendorong perubahan sosial dimasyarakat, tanpa melepaskan tanggunjawabnya untuk melakukan fungsi kontrol.
“Saat ini di era digitalisasi perjuangan pemuda melawan radikalisme adalah dengan berperan salah satunya dengan pesan damai dan menjadi pembawa damai itu sendiri.Pendidikan yang tepat serta komunikasi dan informasi positif dapat menjadikan pemuda berperan dalam ‘agent of peace’ pembawa damai ini dapat dijadikan virus kepada masyarakat, untuk dijangkiti kepada seluruh rakyat khususnya kalangan pemuda,” tegasnya.
Acara dialog kepemudaan ini dihadiri oleh seluruh elemen pemuda atau organisasi kepemudaan yang tergabung dalam wadah berhimpun DPD KNPI Sulut. (*/LeKa)