Manado, BeritaManado.com – Komunitas Masyarakat Peduli Sulawesi Utara (KMP Sulut) menyampaika usulan diperlukan jalan layang sebagai salah-satu solusi kemacetan lalulintas dalam kota Manado.
Ketua KMP Sulut, Victor Rarung SE, mengatakan jalan layang dibangun sebagai koneksi kawasan-kawasan perdagangan seperti Mantos, Megamas, pusat kota Pasar 45, terminal Malalayang, Karombasan, Paal Dua dan Tuminting.
“Kan sesuai namanya jalan layang adalah jalan yang dibangun tidak sebidang melayang menghindari daerah atau kawasan yang selalu menghadapi permasalahan kemacetan lalu lintas. Karena sifatnya jalan bebas hambatan maka koneksinya hanya di kawasan-kawasan itu,” ujar Victor Rarung kepada BeritaManado.com, Kamis (29/3/2018).
Kelebihan jalan layang lanjut Victor Rarung, tanah di bawah jalan dapat dimanfaatkan sebagai taman, parkiran, menjadi unsur estetika kemajuan kota.
“Jalan layang tidak menggunakan lahan besar namun diperlukan pembebasan lahan untuk pembangunannya. Ruang terbuka hampir tidak ada dalam kota Manado sehingga cocok dibangun jalan layang. Intinya Manado butuh jalan layang,” tandas Victor Rarung.
Sebelumnya juga Ketua Ikatan Wartawan Online (IWO) Sulut ini mengangkat wacana brilian pembangunan terowongan jalan Manado-Tomohon.
Menurut Victor Rarung, pembangunan terowongan mengacu pada ruas Manado-Tomohon rawan tanah longsor karena memiliki banyak bukit di tepi jalan.
“Beberapa opsi diangkat mengantisipasi tanah longsor yakni jalan tol, terowongan dan pelebaran jalan. Kalau pelebaran tetap beresiko karena pelebaran jalan akan membuat tebing lebih curam. sementara jalan tol akan mengurangi akses ke pedesaan. Paling memungkinkan terowongan,” jelas Victor Rarung kala itu.
Meski demikian lanjut Victor Rarung, terowongan dibangun hanya pada titik tertentu ketika akan melintasi pebukitan yakni trase yang dianggap berpotensi besar mengalami tanah longsor.
“Misalnya di tambulinas yang rawan longsor disana baiknya jalan dibuatkan terowongan juga di titik lainnya, sementara dari Manado hingga lewat Pineleng tidak perlu dibuatkan terowongan,” tukas Victor Rarung.
Lanjut Victor Rarung, seiring perubahan bentang alam akibat pembangunan infrastruktur tidak terencana baik maka sudah saatnya pembangunan ruas jalan mengutamakan keselamatan pengguna.
“Menjadi pelajaran bagi pemerintah termasuk balai jalan sebagai pemilik anggaran pembangunan jalan nasional agar tragedi 15 Januari 2014 lalu yang menelan banyak korban jiwa tidak terulang. Nah, pemikiran pembangunan ataupun rehabilitasi jalan perlu digali agar pembangunan infrastruktur jalan sesuai asas manfaat serta mengutamakan keselamatan,” tandas Victor Rarung.
(JerryPalohoon)
Manado, BeritaManado.com – Komunitas Masyarakat Peduli Sulawesi Utara (KMP Sulut) menyampaika usulan diperlukan jalan layang sebagai salah-satu solusi kemacetan lalulintas dalam kota Manado.
Ketua KMP Sulut, Victor Rarung SE, mengatakan jalan layang dibangun sebagai koneksi kawasan-kawasan perdagangan seperti Mantos, Megamas, pusat kota Pasar 45, terminal Malalayang, Karombasan, Paal Dua dan Tuminting.
“Kan sesuai namanya jalan layang adalah jalan yang dibangun tidak sebidang melayang menghindari daerah atau kawasan yang selalu menghadapi permasalahan kemacetan lalu lintas. Karena sifatnya jalan bebas hambatan maka koneksinya hanya di kawasan-kawasan itu,” ujar Victor Rarung kepada BeritaManado.com, Kamis (29/3/2018).
Kelebihan jalan layang lanjut Victor Rarung, tanah di bawah jalan dapat dimanfaatkan sebagai taman, parkiran, menjadi unsur estetika kemajuan kota.
“Jalan layang tidak menggunakan lahan besar namun diperlukan pembebasan lahan untuk pembangunannya. Ruang terbuka hampir tidak ada dalam kota Manado sehingga cocok dibangun jalan layang. Intinya Manado butuh jalan layang,” tandas Victor Rarung.
Sebelumnya juga Ketua Ikatan Wartawan Online (IWO) Sulut ini mengangkat wacana brilian pembangunan terowongan jalan Manado-Tomohon.
Menurut Victor Rarung, pembangunan terowongan mengacu pada ruas Manado-Tomohon rawan tanah longsor karena memiliki banyak bukit di tepi jalan.
“Beberapa opsi diangkat mengantisipasi tanah longsor yakni jalan tol, terowongan dan pelebaran jalan. Kalau pelebaran tetap beresiko karena pelebaran jalan akan membuat tebing lebih curam. sementara jalan tol akan mengurangi akses ke pedesaan. Paling memungkinkan terowongan,” jelas Victor Rarung kala itu.
Meski demikian lanjut Victor Rarung, terowongan dibangun hanya pada titik tertentu ketika akan melintasi pebukitan yakni trase yang dianggap berpotensi besar mengalami tanah longsor.
“Misalnya di tambulinas yang rawan longsor disana baiknya jalan dibuatkan terowongan juga di titik lainnya, sementara dari Manado hingga lewat Pineleng tidak perlu dibuatkan terowongan,” tukas Victor Rarung.
Lanjut Victor Rarung, seiring perubahan bentang alam akibat pembangunan infrastruktur tidak terencana baik maka sudah saatnya pembangunan ruas jalan mengutamakan keselamatan pengguna.
“Menjadi pelajaran bagi pemerintah termasuk balai jalan sebagai pemilik anggaran pembangunan jalan nasional agar tragedi 15 Januari 2014 lalu yang menelan banyak korban jiwa tidak terulang. Nah, pemikiran pembangunan ataupun rehabilitasi jalan perlu digali agar pembangunan infrastruktur jalan sesuai asas manfaat serta mengutamakan keselamatan,” tandas Victor Rarung.
(JerryPalohoon)