BITUNG—Kendati Kota Bitung menjadi pintu masuk pupuk sebelum disalurkan ke sejumlah wilayah Sulut, tapi itu bukan jamiman jika petani di kota Pelabuhan ini begitu mudah mendapatkan pupuk. Malah boleh dikatakan, saat ini para petani Kota Bitung mengaku kesulitan untuk mendapatkan pupuk karena pasokannya yang terbatas.
Padahal saat ini Pemkot Bitung sementara mendorong masyarakat melalui program pemanfaatan lahan tidur dan program sentuh tanah, tapi program tersebut masih kurang diminati. Pasalnya, salah satu kendala yang dihadapi para petani adalah kurangnya ketersediaan pupuk subsidi dan non subsidi yang dijual oleh pihak penyalur.
“Saat ini tinggal satu penyalur pupuk di Kota Bitung yakni kios Kanaan Girian dan itupun tak bisa memenuhi kebutuhan petani. Akibatnya minimnya ketersediaan pupuk, sehingga pupuk bersubsidi menjadi mahal, dimana pupuk Urea seharga Rp150.000/50 kilogram sedangkan pupuk Ponka seharga Rp160.000/50 kilogram,” kata Kadis Kehutanan, Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Bitung, Liesye Macawalang.
Menurut Macawalang, dalam seminggu bisa menghabiskan pupuk sebanyak 3 ton itu pun habis terjual kepada petani yang ada di kecamatan Matuari, Ranowulu dan Girian. Sedangkan daerah lain harus bersusah payah untuk mendapatkan pupuk yang jelas-jelas pasokannya tidak mencukupi.
“Salah satu jalan keluar adalah pemanfaatan pupuk organik yang jauh lebih ramah terhadap lingkungan serta dapat menyuburkan tanaman,” katanya.(en)
BITUNG—Kendati Kota Bitung menjadi pintu masuk pupuk sebelum disalurkan ke sejumlah wilayah Sulut, tapi itu bukan jamiman jika petani di kota Pelabuhan ini begitu mudah mendapatkan pupuk. Malah boleh dikatakan, saat ini para petani Kota Bitung mengaku kesulitan untuk mendapatkan pupuk karena pasokannya yang terbatas.
Padahal saat ini Pemkot Bitung sementara mendorong masyarakat melalui program pemanfaatan lahan tidur dan program sentuh tanah, tapi program tersebut masih kurang diminati. Pasalnya, salah satu kendala yang dihadapi para petani adalah kurangnya ketersediaan pupuk subsidi dan non subsidi yang dijual oleh pihak penyalur.
“Saat ini tinggal satu penyalur pupuk di Kota Bitung yakni kios Kanaan Girian dan itupun tak bisa memenuhi kebutuhan petani. Akibatnya minimnya ketersediaan pupuk, sehingga pupuk bersubsidi menjadi mahal, dimana pupuk Urea seharga Rp150.000/50 kilogram sedangkan pupuk Ponka seharga Rp160.000/50 kilogram,” kata Kadis Kehutanan, Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Bitung, Liesye Macawalang.
Menurut Macawalang, dalam seminggu bisa menghabiskan pupuk sebanyak 3 ton itu pun habis terjual kepada petani yang ada di kecamatan Matuari, Ranowulu dan Girian. Sedangkan daerah lain harus bersusah payah untuk mendapatkan pupuk yang jelas-jelas pasokannya tidak mencukupi.
“Salah satu jalan keluar adalah pemanfaatan pupuk organik yang jauh lebih ramah terhadap lingkungan serta dapat menyuburkan tanaman,” katanya.(en)