Tondano – Salah satu dari 15 danau kritis yang menjadi prioritas pada periode
2010-2014, sesuai kesepakatan Konferensi Nasional Danau Indonesia I di Bali
tahun 2009 lalu. Masalah terbesar yang dihadapi oleh Danau Tondano saat ini adalah semakin meluasnya pertumbuhan dan penyebaran eceng gondok.
Sedangkan kriteria penilaian untuk menentukan danau Tondano pada skala prioritas yaitu: pertama kerusakan danau yang meliputi sedimentasi, pencemaran, eutrofikasi, penurunan kualitas dan kuantitas air yang tinggi.
Kedua, pemanfaatan danau yang beragam, antara lain untuk pembangkit listrik, pertanian, perikanan (budidaya keramba), air baku, nilai religi dan budaya, pariwisata, serta kondisi masyarakat di sekitar danau, ketiga, komitmen pemerintah daerah dan masyarakat dalam pengelolahan danau, keempat, fungsi strategis danau, kelima, kandungan biodiversitas di sekitar lingkungan danau, seperti adanya spesies ikan endemik, burung, dan vegetasi, keenam, nilai penting karbon terkait pengaruh perubahan iklim global.
Fakta prioritas danau Tondano tersebut, secara diam-diam menjadi perhatian khusus dari Ibu Ani Emma Johana Kaseger MBA dan Drs. Ferdinand E.M. Mewengkang MM yang kian populer dengan sebutan KAMANG. “Jika tidak ditangani sesegera mungkin, dapat kita bayangkan apa yang akan terjadi di kemudian hari”, ungkap Yocke Kaseger panggilan akrab Calon Bupati Minahasa, saat turun langsung di danau Tondano bersama masyarakat desa Talikuran kecamatan Remboken, akhir pekan lalu.
Tanggung jawab untuk penyelesaian masalah ini, bukan hanya menjadi milik pemerintah, tapi juga berada di pundak setiap elemen masyarakat lebih khususnya yang bermukim di pesisir danau. Sebagai pemilik danau Tondano, seharusnya masyarakat memiliki tanggung jawab moral untuk menjaga dan memeliaharanya. Tanpa adanya campur tangan dari masyarakat, segala
daya dan upaya dari pemerintah pasti akan sia-sia.
Lebih lanjut dikatakan pemilik lima perusahaan batubara, asal Wewelen Tondano ini, “Eceng gondok janganlah dianggap sebagai sesuatu yang tak berguna, yang harus dipikirkan adalah tanggungjawab kita bersama untuk mencari solusi dalam menyiasati tentang bagaimana caranya agar eceng gondok dapat dikreasikan menjadi sesuatu yang berguna dan berdaya manfaat bagi masyarakat dan Pemerintah Minahasa saat ini dan masa yang akan datang.”
“Sekiranya KAMANG diberikan kesempatan dan dipercayakan masyarakat untuk memimpin Minahasa, kami telah siapkan solusi altenatif untuk menekan pertumbuhan eceng gondok. Salah satunya dengan memberdayakanIndustri kerajinan maupun mebel yang dapat memanfaatkan eceng gondok, ungkap Kaseger yang sudah berulang kali melakukan studi banding di pulau Jawa untuk mengatasi permasalahan eceng gondok .
Program yang telah dirancang KAMANG, diyakini memiliki daya saing yang tinggi dan mampu menyerap tenaga kerja yang cukup banyak. Tenaga kerja yang berkecimpung dalam membangkitkan usaha ini nanti, dapat memberi kesempatan bagi masyarakat Minahasa, khususnya yang bermukim di pesisir
danau Tondano. Dimulai dari “petani”, perajin tali, pengepul, penganyam, desainer, usaha kecil, usaha menengah sampai eksportir, semuanya pasti dapat diakomodir dari Minahasa.
“KAMANG Peduli Masyarakat Pesisir Danau, karena itu kami telah siap berdayakan industri kerajinan dan meubel dari eceng gondok, terlebih juga siap membangun potensi wisata dan lingkungan hidup danau tondano yang semuanya itu kami persembahkan untuk Minahasa”, pungkas Kaseger. (**/edit jerry)