Tondano – Bupati Minahasa Drs Jantje Wowiling Sajow MSi pada sebuah acara beberapa hari lalu sempat menyatakan keinginannya untuk menjadi ‘Ketua FPI’ di Minahasa. Yang dimaksudkan disini adalah menjadi orang terdepan untuk membela kaum minoritas termasuk umat Islam yang ada di Tondano dan beberapa kecamatan lainnya.
Pernyataan tersebut dilontarkan Bupati Jantje Sajow di hadapan sekitar 2.000 orang anggota Panji Josua di Wale Ne Tou Tondano. Pada saat itu dikatakan dalam sambutannya, bahwa Indonesia didirikan bukan berdasarkan keberadaan agama tertentu, namun Pancasila yang menjadi pandangan hidup bangsa.
Mantan Wakil Bupati Minahasa ini menekankan bahwa kelompok pembela harus ada di daerah dimana terdapat sekolompok agama tertentu yang minoritas. Seperti di Minahasa, dimana umat Islam kalah dari sisi kuantitas dengan mayoritas masyarakat yang beragama Kristen. Dengan kata lain kaum minoritas seharusnya yang menjadi pembela kaum minoritas.
Pernyataan tersebut dipahami oleh seluruh Pria Kaum Bapa (PKB) GMIM yang hadir dalam acara tersebut. Akan tetapi sangat disayangkan, salah satu media melakukan penafsiran dan pemberitaan yang keliru tentang pernyataan yang mengandung pesan moral tersebut. Spontan informasi tersebut bias dan mendapatkan banyak tanggapan,
“Hal yang keliru yaitu pemberitaan yang dimaksud tidak pernah mengatakan mengincar Ketua FPI Sulut. Yang ada adalah seandainaya FPI punya misi mulia, maka saya dalam tanda petik mau jadi Ketua FPI di Minahasa. Alasannya yaitu untuk membela, melindungi, menghargai, mengayomi serta member rasa ama bagi umat Islam di Tanah Minahasa,” jelasnya.
Ditambahkannya, bahwa wartawan bersangkutan telah mengakui kekeliruan yang dilakukan dan telah meminta maaf. Sebagai manusia, Bupati Jantje Sajow mengakui bahwa seseorang bisa melakukan kesalahan. Namun demikian, dirinya harus meminta maaf jika maksud tersebut disalah artikan oleh orang lain dan tidak perlu dipolitisasi.
“Tidak mungkin seorang Penatua di lingkungan Sinode GMIM, pernah menjadi pimpinan, kok tiba-tiba mau jadi pimpinan ormas Islam dalam arti sesungguhnya. Islam dan agama lainnya adalah sahabat kita semua sebagai sesame anak bangsa,” ungkapnya melalui pernyataan resmi yang diunggah di media sosial. (frangkiwullur)
Tondano – Bupati Minahasa Drs Jantje Wowiling Sajow MSi pada sebuah acara beberapa hari lalu sempat menyatakan keinginannya untuk menjadi ‘Ketua FPI’ di Minahasa. Yang dimaksudkan disini adalah menjadi orang terdepan untuk membela kaum minoritas termasuk umat Islam yang ada di Tondano dan beberapa kecamatan lainnya.
Pernyataan tersebut dilontarkan Bupati Jantje Sajow di hadapan sekitar 2.000 orang anggota Panji Josua di Wale Ne Tou Tondano. Pada saat itu dikatakan dalam sambutannya, bahwa Indonesia didirikan bukan berdasarkan keberadaan agama tertentu, namun Pancasila yang menjadi pandangan hidup bangsa.
Mantan Wakil Bupati Minahasa ini menekankan bahwa kelompok pembela harus ada di daerah dimana terdapat sekolompok agama tertentu yang minoritas. Seperti di Minahasa, dimana umat Islam kalah dari sisi kuantitas dengan mayoritas masyarakat yang beragama Kristen. Dengan kata lain kaum minoritas seharusnya yang menjadi pembela kaum minoritas.
Pernyataan tersebut dipahami oleh seluruh Pria Kaum Bapa (PKB) GMIM yang hadir dalam acara tersebut. Akan tetapi sangat disayangkan, salah satu media melakukan penafsiran dan pemberitaan yang keliru tentang pernyataan yang mengandung pesan moral tersebut. Spontan informasi tersebut bias dan mendapatkan banyak tanggapan,
“Hal yang keliru yaitu pemberitaan yang dimaksud tidak pernah mengatakan mengincar Ketua FPI Sulut. Yang ada adalah seandainaya FPI punya misi mulia, maka saya dalam tanda petik mau jadi Ketua FPI di Minahasa. Alasannya yaitu untuk membela, melindungi, menghargai, mengayomi serta member rasa ama bagi umat Islam di Tanah Minahasa,” jelasnya.
Ditambahkannya, bahwa wartawan bersangkutan telah mengakui kekeliruan yang dilakukan dan telah meminta maaf. Sebagai manusia, Bupati Jantje Sajow mengakui bahwa seseorang bisa melakukan kesalahan. Namun demikian, dirinya harus meminta maaf jika maksud tersebut disalah artikan oleh orang lain dan tidak perlu dipolitisasi.
“Tidak mungkin seorang Penatua di lingkungan Sinode GMIM, pernah menjadi pimpinan, kok tiba-tiba mau jadi pimpinan ormas Islam dalam arti sesungguhnya. Islam dan agama lainnya adalah sahabat kita semua sebagai sesame anak bangsa,” ungkapnya melalui pernyataan resmi yang diunggah di media sosial. (frangkiwullur)