Manado — Sejumlah pedagang nasi kuning kaki lima di kawasan Komo Luar Manado berharap tidak ada lagi kebijakan penggusuran, yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Manado periode 2010-2015. Penertiban lokasi kaki lima tanpa adanya solusi jangka panjang, dinilai akan membebani masalah sosial masyarakat, apalagi belum adanya jaminan pemerataan lapangan kerja.
Demikian dikatakan Rosna Yusuf dan Mery Thalib, pedagang kaki lima yang berjualan di trotoar Jalan Sudirman Kelurahan Komo Luar Manado.
Keduanya mengaku sudah menjadi anggota ‘Keluarga Besar Jackson Kumaat’, yang setiap bulannya ikut hadir dalam pertemuan silaturahmi dan kunjungan kasih Tim Relawan Go!Jacko. Jacko—sapaan akrab Jackson Kumaat saat ini mulai gencar bersosialisasi di kalangan pedagang kaki lima, menjelang pertarungan di arena Pilwako 2010 nanti.
”Saya akan pilih Jacko, karena mampu menjamin tidak ada aksi-penggusuran di masa mendatang,” kata Rosna (16/6) di Manado. Menurut dia, Jacko yang menggunakan kendaraan politik koalisi partai, memiliki rencana program kebijakan yang melindungi kepentingan rakyat kecil atau pro-rakyat.
Ia mengungkapkan, Jacko memiliki komitmen untuk membela kepentingan pedagang kaki lima, apalagi siap pasang badan untuk menghadapi kepentingan pengusaha besar. ”Jika memang ada penertiban wilayah perkotaan, maka sudah ada relokasi kaki lima yang tidak merugikan para pedagang,” ungkap dia.
Ia optimis, figur muda pemimpin kota Manado di masa depan, tidak akan menyengsarakan kepentingan rakyat. Rosnah juga yakin, Jacko tidak memiliki kepentingan bisnis pribadi, jika memang para pedagang direlokasi ke tempat yang ideal.
Lebih lanjut ia mengungkapkan, pemerintahan Jimmy Rimba Rogi ketika menjabat Walikota Manado beberapa waktu lalu, menerapkan kebijakan yang merugikan pedagang kaki lima. Saat itu, Imba melakukan penertiban pedagang kaki lima tanpa pandang bulu, dengan alasan kepentingan keindahan dan kebersihan kota.
”Akibatnya, saat itu kami sempat tergusur sehingga terpaksa menganggur,” kenang Mery. Namun, setelah Imba ditahan karena terjerat kasus korupsi, para pedagang kaki lima kembali bebas beroperasi.
Meski demikian, kelompok pedagang kaki lima di kawasan Komo Luar, diakui memiliki strategi untuk tetap bertahan, sekaligus mematuhi peraturan yang berlaku. Puluhan pedagang kaki lima yang berjualan di malam hingga pagi hari, kata Merry, menggunakan penerangan lampu listrik dan menjaga kebersihan selama beroperasi.
”Lokasi dagangan kami aman dan nyaman dikunjungi pembeli setiap malam. Kami juga menjaga kebersihan di sepanjang jalan Sudirman ini. Jadi, tidak ada alasan bagi pemerintah untuk menggusur kami,” kata dia. (*)
Manado — Sejumlah pedagang nasi kuning kaki lima di kawasan Komo Luar Manado berharap tidak ada lagi kebijakan penggusuran, yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Manado periode 2010-2015. Penertiban lokasi kaki lima tanpa adanya solusi jangka panjang, dinilai akan membebani masalah sosial masyarakat, apalagi belum adanya jaminan pemerataan lapangan kerja.
Demikian dikatakan Rosna Yusuf dan Mery Thalib, pedagang kaki lima yang berjualan di trotoar Jalan Sudirman Kelurahan Komo Luar Manado.
Keduanya mengaku sudah menjadi anggota ‘Keluarga Besar Jackson Kumaat’, yang setiap bulannya ikut hadir dalam pertemuan silaturahmi dan kunjungan kasih Tim Relawan Go!Jacko. Jacko—sapaan akrab Jackson Kumaat saat ini mulai gencar bersosialisasi di kalangan pedagang kaki lima, menjelang pertarungan di arena Pilwako 2010 nanti.
”Saya akan pilih Jacko, karena mampu menjamin tidak ada aksi-penggusuran di masa mendatang,” kata Rosna (16/6) di Manado. Menurut dia, Jacko yang menggunakan kendaraan politik koalisi partai, memiliki rencana program kebijakan yang melindungi kepentingan rakyat kecil atau pro-rakyat.
Ia mengungkapkan, Jacko memiliki komitmen untuk membela kepentingan pedagang kaki lima, apalagi siap pasang badan untuk menghadapi kepentingan pengusaha besar. ”Jika memang ada penertiban wilayah perkotaan, maka sudah ada relokasi kaki lima yang tidak merugikan para pedagang,” ungkap dia.
Ia optimis, figur muda pemimpin kota Manado di masa depan, tidak akan menyengsarakan kepentingan rakyat. Rosnah juga yakin, Jacko tidak memiliki kepentingan bisnis pribadi, jika memang para pedagang direlokasi ke tempat yang ideal.
Lebih lanjut ia mengungkapkan, pemerintahan Jimmy Rimba Rogi ketika menjabat Walikota Manado beberapa waktu lalu, menerapkan kebijakan yang merugikan pedagang kaki lima. Saat itu, Imba melakukan penertiban pedagang kaki lima tanpa pandang bulu, dengan alasan kepentingan keindahan dan kebersihan kota.
”Akibatnya, saat itu kami sempat tergusur sehingga terpaksa menganggur,” kenang Mery. Namun, setelah Imba ditahan karena terjerat kasus korupsi, para pedagang kaki lima kembali bebas beroperasi.
Meski demikian, kelompok pedagang kaki lima di kawasan Komo Luar, diakui memiliki strategi untuk tetap bertahan, sekaligus mematuhi peraturan yang berlaku. Puluhan pedagang kaki lima yang berjualan di malam hingga pagi hari, kata Merry, menggunakan penerangan lampu listrik dan menjaga kebersihan selama beroperasi.
”Lokasi dagangan kami aman dan nyaman dikunjungi pembeli setiap malam. Kami juga menjaga kebersihan di sepanjang jalan Sudirman ini. Jadi, tidak ada alasan bagi pemerintah untuk menggusur kami,” kata dia. (*)