Manado, BeritaManado.com — Almarhum Johanis Ngangi yang menjadi pencipta lagu daerah Minahasa yang telah melegenda “Opo Wananatase” adalah bagian dari silsilah perintis kembalinya Gereja Katolik di Keuskupan Manado Daniel Mandagi.
Almarhum Johanis Ngangi beristerikan Bonifasia Mandagi yang adalah cece dari anak pertama Daniel Mandagi dan Tentji Londah yaitu Agustinus Demo Mandagi yang beristerikan Charlota Winokan.
Agustinus DemolMandagi merupakan bagian dari catatan sejarah Gereja Katolik Langowan, dimana ia menjadi umat pertama yang dipermandikan oleh pater Johanis de Vries SJ pada 19 Septermber 1868 silam.
Almarhum Johanis Ngangi dikaruniai delapan anak dan tujuh orang cucu dari pernikahannya dengan Bonifasia Mandagi yang dilangsungkan di Sarongsong, Tomohon.
Keluarga Ngangi-Mandagi cukup lama menetap di Sarongsong, kemudian hijrah ke Walian di Paroki Roh Kudus.
Almarhum Johanis Ngangi merupakan jebolan Sekolah Guru Normalschool Katolik di Tomohon dan berkarir sebagai guru di Sekolah Melayu sampai status Sekolah Rakyat (sekarang Sekolah Dasar) di SD Katolik I St. Yohanes Tomohon dan SD Negeri 1 Tomohon (sekarang SD GMIM IV Tomohon).
Beliau pension tahun 1970 dengan meninggalkan jejak pengabdian sebagai Kepala Kantor Penilik Masyarakat (Penmas) Onder Distrik Tondano dan Tomohon tahun 1961-1963.
Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Minahasa tahun 1967-1972, Anggota Badan pemerintahan Harian (BPH) Kabupaten Minahasa tahun 1972-1977 dan ketua Partai Katolik yang pertama Sub Komisariat Kabupaten Minahasa tahun 1963-1970.
Di bidang seni, Almarhum Johanis Ngangi meninggalkan beberapa karya seperti lagu Opo Wananatase, Lilieya, Sa Siendo, Sekuntum Bunga, Selamat Tinggal dan lain sebagainya.
Johanis Ngangi meninggal dunia pada tanggal 12 November 1982 di Walian Tomohon.
Mengenang almarhum, sepekan setelah meninggal dunia keluarga menggelar apa yang menurut tradisi disebut masuk hitam di rumah keluarga pukul 14.00 – 17.00 dan sesudah makan siang dalamrentang waktu tersebut dimainkan Rydans atau yang saat ini dikenal dengan Tari Jajar yang dibuka dan ditutup dengan lagu Opo Wananatase.
(Fangki Wullur)
Manado, BeritaManado.com — Almarhum Johanis Ngangi yang menjadi pencipta lagu daerah Minahasa yang telah melegenda “Opo Wananatase” adalah bagian dari silsilah perintis kembalinya Gereja Katolik di Keuskupan Manado Daniel Mandagi.
Almarhum Johanis Ngangi beristerikan Bonifasia Mandagi yang adalah cece dari anak pertama Daniel Mandagi dan Tentji Londah yaitu Agustinus Demo Mandagi yang beristerikan Charlota Winokan.
Agustinus DemolMandagi merupakan bagian dari catatan sejarah Gereja Katolik Langowan, dimana ia menjadi umat pertama yang dipermandikan oleh pater Johanis de Vries SJ pada 19 Septermber 1868 silam.
Almarhum Johanis Ngangi dikaruniai delapan anak dan tujuh orang cucu dari pernikahannya dengan Bonifasia Mandagi yang dilangsungkan di Sarongsong, Tomohon.
Keluarga Ngangi-Mandagi cukup lama menetap di Sarongsong, kemudian hijrah ke Walian di Paroki Roh Kudus.
Almarhum Johanis Ngangi merupakan jebolan Sekolah Guru Normalschool Katolik di Tomohon dan berkarir sebagai guru di Sekolah Melayu sampai status Sekolah Rakyat (sekarang Sekolah Dasar) di SD Katolik I St. Yohanes Tomohon dan SD Negeri 1 Tomohon (sekarang SD GMIM IV Tomohon).
Beliau pension tahun 1970 dengan meninggalkan jejak pengabdian sebagai Kepala Kantor Penilik Masyarakat (Penmas) Onder Distrik Tondano dan Tomohon tahun 1961-1963.
Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Minahasa tahun 1967-1972, Anggota Badan pemerintahan Harian (BPH) Kabupaten Minahasa tahun 1972-1977 dan ketua Partai Katolik yang pertama Sub Komisariat Kabupaten Minahasa tahun 1963-1970.
Di bidang seni, Almarhum Johanis Ngangi meninggalkan beberapa karya seperti lagu Opo Wananatase, Lilieya, Sa Siendo, Sekuntum Bunga, Selamat Tinggal dan lain sebagainya.
Johanis Ngangi meninggal dunia pada tanggal 12 November 1982 di Walian Tomohon.
Mengenang almarhum, sepekan setelah meninggal dunia keluarga menggelar apa yang menurut tradisi disebut masuk hitam di rumah keluarga pukul 14.00 – 17.00 dan sesudah makan siang dalamrentang waktu tersebut dimainkan Rydans atau yang saat ini dikenal dengan Tari Jajar yang dibuka dan ditutup dengan lagu Opo Wananatase.
(Fangki Wullur)