Bitung – Mengawali tahun 2017, masyarakat Pulah Lembeh mengharapkan perhatian serius dari pemerintah soal pemerataan pembangunan.
Bukan hanya sebatas janji, namun masyarakat berharap tindakan nyata dari pemerintah untuk merealisasikan fasilitas umum di pulau tersebut.
Seperti ungkapan salah satu warga Kelurahan Posokan Kecamatan Lembeh Utara, Ridwain Stepi Buniahe lewat surat yang dikirimkan ke redaksi beritamanado.com, Minggu (01/01/2017).
Berikut isi surat Ridwain yang mewakili masyarakat Pulau Lembeh;
?”Tahun 2016 tak lama lagi akan kita tinggalkan dan kita akan menapaki tahun yang tahun 2017. Sebagai warga Pulau Lembeh yang lahir, tumbuh besar di pulau tersebut maka saya menulis berdasarkan fakta dan realita di pulau Lembeh yang saya amati sampai sekarang ini.
Mungkin orang-orang selalu bertanya kenapa selalu saya membawa nama Pulau Lembeh tempat asal kelahiran saya dalam beberapa kesempatan tulisan saya di Media Sosial.
Perlu kita ketahui secara bersama bahwa kehadiran PULAU LEMBEH merupakan anugerah terindah bagi kota Bitung. Mengapa? Seperti lirik sebuah lagu “Dibawah kaki gunung Dua Sudara terletak Kota Bitung.
Pulau lembeh didepannya sebagai perisai kota Bitung maka bisa kita bayangkan dari lirik lagu saja menjelaskan bahwa Pulau Lembeh adalah pelindung/Perisai bagi kota Bitung. Ibarat seorang petarung Pulau Lembeh mempunyai peranan sebagai tameng menghadapi senjata-senjata musuh.
Bukan hanya sekedar tameng bahkan Pulau Lembeh adalah Jantung Kota Bitung.
Mengapa saya mengatakan demikian, mari sejenak kita menganalisa pulau Lembeh yang memiliki luas 50 KM2 dengan luas tersebut maka Pulau Lembeh menghadang sebagian besar wilayah Kota Bitung dari amukan gelombang laut.
Dapat kita bayangkan Kota Bitung tanpa Pulau Lembeh maka pasti tidak ada Pelabuhan Samudera Bitung, Pelabuhan Peti Kemas dan Dermaga Feri serta dermaga untuk berlabuhnya kapal-kapal penangkap ikan yang adalah sumber pajak terbesar kota Bitung.
Tanpa Pulau Lembeh maka akan tidak ada tempat Galangan kapal, Resort dan perusahan-perusahan perikanan yang notabene adalah sumber penghasilan terbesar bagi kota bitung dari segi pembayaran pajak. Itulah dari awal saya katakan bahwa Pulau Lembeh adalah Jantung kota Bitung, kehadirannya memberikan “kehidupan” bagi kota Bitung.
Namun sangat disayangkan sebagai pusat/jantung bagi Kota Bitung justru Lembeh lebih terdiskreditkan dalam berbagai aspek (menurut pendapat pribadi saya). Mengapa saya katakan demikian, mari kita lihat satu persatu.
1. Pembuatan Jalan Lingkar Lembeh
Dengan adanya jalan penghubung antar kelurahan di pulau lembeh sebenarnay memudahkan warga untuk melakuakn berbagai aktifitas, seperti aktivitas sosial, tapi jalan lingkar yang yang di dengung-dengungkan justru tak kesampaian. Dan anehnya ada beberapa badan jalan yang baru dibuat justru sudah mulai rusak. Aneh bagi saya karena volume kendaraan di pulau Lembeh berbanding jauh dengan yang ada di kota Bitung, tapi kok jalannya cepat rusak? Apa karena pembuatannya menghemat pembiayaan sehingga di buat tidak terlalu baik, ataukah ada factor yang lain, saya juga kurang mengerti untuk bagian itu.
2. Listrik
Beberapa bulan yang lalu saya mendengar kabar dari mulut ke mulut “so nda lama listrik mo maso Desember paling lat”, ternyata itupun hanya habis di mulut doang. Kecamatan Lembeh Utara dari 10 kelurahan hanya 2 kelurahan yang tersentuh listrik, 8 kelurahan masih menanti dengan iman dan pengaharapan. Tiang-tiang yang berdiri dengan megahnya tidak lama lagi akan roboh di beberapa tempat. Sehingga dari tiang listrik yang berdiri megah sampai tiangnya akan roboh 8 kelurahan masih tetap “malam kudus”
3. Kesejahteraan Rakyat
Kalau di lihat dari kacamata pribadi maka saya melihat bahwa kesejahteran rakyat di pulau Lembeh masih jauh dari yang di harapkan. Pengangguran masih banyak, Karen banyak anak-anak lulusan SMP/SMA yang tidak bisa melanjutkan studi ke jenjang yang lebih tinggi karena factor keuangan, hal inilah yang pada akhirnya membuat mereka kalah bersaing dalam penerimaan lapanaan pekerjaan.
Oleh karena itu, sebagai insan dari pulau lembeh perlulah saya dengan keterbatasan ini melakukan “PENUNTUTAN” kepada pemerintah kota Bitung.
Sebagai organ yang paling vital dan paling krusial dalam tubuh sudah selayaknya organ tersebut kita lindungi dengan sebaik-baiknya, namun anehnya pemerintah seakan “Diam” dan “pura-pura tidak tahu” dengan keadaan ini.
Tiga hal di atas adalah sebagian dari beberapa hal yang perlu di kritisi di akhir tahun 2016 dengan harapan sekiranya pemerintah kota Bitung dapat memperhatikan tulisan ini sebagai suara masyarakat Pulau Lembeh.(***/abinenobm)
Bitung – Mengawali tahun 2017, masyarakat Pulah Lembeh mengharapkan perhatian serius dari pemerintah soal pemerataan pembangunan.
Bukan hanya sebatas janji, namun masyarakat berharap tindakan nyata dari pemerintah untuk merealisasikan fasilitas umum di pulau tersebut.
Seperti ungkapan salah satu warga Kelurahan Posokan Kecamatan Lembeh Utara, Ridwain Stepi Buniahe lewat surat yang dikirimkan ke redaksi beritamanado.com, Minggu (01/01/2017).
Berikut isi surat Ridwain yang mewakili masyarakat Pulau Lembeh;
?”Tahun 2016 tak lama lagi akan kita tinggalkan dan kita akan menapaki tahun yang tahun 2017. Sebagai warga Pulau Lembeh yang lahir, tumbuh besar di pulau tersebut maka saya menulis berdasarkan fakta dan realita di pulau Lembeh yang saya amati sampai sekarang ini.
Mungkin orang-orang selalu bertanya kenapa selalu saya membawa nama Pulau Lembeh tempat asal kelahiran saya dalam beberapa kesempatan tulisan saya di Media Sosial.
Perlu kita ketahui secara bersama bahwa kehadiran PULAU LEMBEH merupakan anugerah terindah bagi kota Bitung. Mengapa? Seperti lirik sebuah lagu “Dibawah kaki gunung Dua Sudara terletak Kota Bitung.
Pulau lembeh didepannya sebagai perisai kota Bitung maka bisa kita bayangkan dari lirik lagu saja menjelaskan bahwa Pulau Lembeh adalah pelindung/Perisai bagi kota Bitung. Ibarat seorang petarung Pulau Lembeh mempunyai peranan sebagai tameng menghadapi senjata-senjata musuh.
Bukan hanya sekedar tameng bahkan Pulau Lembeh adalah Jantung Kota Bitung.
Mengapa saya mengatakan demikian, mari sejenak kita menganalisa pulau Lembeh yang memiliki luas 50 KM2 dengan luas tersebut maka Pulau Lembeh menghadang sebagian besar wilayah Kota Bitung dari amukan gelombang laut.
Dapat kita bayangkan Kota Bitung tanpa Pulau Lembeh maka pasti tidak ada Pelabuhan Samudera Bitung, Pelabuhan Peti Kemas dan Dermaga Feri serta dermaga untuk berlabuhnya kapal-kapal penangkap ikan yang adalah sumber pajak terbesar kota Bitung.
Tanpa Pulau Lembeh maka akan tidak ada tempat Galangan kapal, Resort dan perusahan-perusahan perikanan yang notabene adalah sumber penghasilan terbesar bagi kota bitung dari segi pembayaran pajak. Itulah dari awal saya katakan bahwa Pulau Lembeh adalah Jantung kota Bitung, kehadirannya memberikan “kehidupan” bagi kota Bitung.
Namun sangat disayangkan sebagai pusat/jantung bagi Kota Bitung justru Lembeh lebih terdiskreditkan dalam berbagai aspek (menurut pendapat pribadi saya). Mengapa saya katakan demikian, mari kita lihat satu persatu.
1. Pembuatan Jalan Lingkar Lembeh
Dengan adanya jalan penghubung antar kelurahan di pulau lembeh sebenarnay memudahkan warga untuk melakuakn berbagai aktifitas, seperti aktivitas sosial, tapi jalan lingkar yang yang di dengung-dengungkan justru tak kesampaian. Dan anehnya ada beberapa badan jalan yang baru dibuat justru sudah mulai rusak. Aneh bagi saya karena volume kendaraan di pulau Lembeh berbanding jauh dengan yang ada di kota Bitung, tapi kok jalannya cepat rusak? Apa karena pembuatannya menghemat pembiayaan sehingga di buat tidak terlalu baik, ataukah ada factor yang lain, saya juga kurang mengerti untuk bagian itu.
2. Listrik
Beberapa bulan yang lalu saya mendengar kabar dari mulut ke mulut “so nda lama listrik mo maso Desember paling lat”, ternyata itupun hanya habis di mulut doang. Kecamatan Lembeh Utara dari 10 kelurahan hanya 2 kelurahan yang tersentuh listrik, 8 kelurahan masih menanti dengan iman dan pengaharapan. Tiang-tiang yang berdiri dengan megahnya tidak lama lagi akan roboh di beberapa tempat. Sehingga dari tiang listrik yang berdiri megah sampai tiangnya akan roboh 8 kelurahan masih tetap “malam kudus”
3. Kesejahteraan Rakyat
Kalau di lihat dari kacamata pribadi maka saya melihat bahwa kesejahteran rakyat di pulau Lembeh masih jauh dari yang di harapkan. Pengangguran masih banyak, Karen banyak anak-anak lulusan SMP/SMA yang tidak bisa melanjutkan studi ke jenjang yang lebih tinggi karena factor keuangan, hal inilah yang pada akhirnya membuat mereka kalah bersaing dalam penerimaan lapanaan pekerjaan.
Oleh karena itu, sebagai insan dari pulau lembeh perlulah saya dengan keterbatasan ini melakukan “PENUNTUTAN” kepada pemerintah kota Bitung.
Sebagai organ yang paling vital dan paling krusial dalam tubuh sudah selayaknya organ tersebut kita lindungi dengan sebaik-baiknya, namun anehnya pemerintah seakan “Diam” dan “pura-pura tidak tahu” dengan keadaan ini.
Tiga hal di atas adalah sebagian dari beberapa hal yang perlu di kritisi di akhir tahun 2016 dengan harapan sekiranya pemerintah kota Bitung dapat memperhatikan tulisan ini sebagai suara masyarakat Pulau Lembeh.(***/abinenobm)