MANADO – Harga kopra di tingkat petani terus melorot ke kisaran Rp6.800 per kilogram, atau turun hampir 10 persen dibanding harga awal bulan yang masih di kisaran Rp8 ribu, membuat petani kelapa Provinsi Sulawesi Utara (Sulut) semakin terpukul.
“Pergerakan harga kopra sangat drastis, ini sangat menyulitkan bagi petani kelapa ditengah semakin mahalnya bahan kebutuhan pokok masyarakat saat ini,” kata Sekjen Asosiasi Petani Kelapa Sulut (Apeksu), Emil Mamesah, Jumat (24/6)
Emil, mengatakan, proses pengolahan biji kelapa menjadi kopra, butuh biaya yang sangat tinggi, karena sekitar separuh dari total pendapatan yang seharusnya diterima petani kelapa jatuh menjadi biaya.
“Biaya produksi kelapa yang dibayarkan epada buruh pengolah kopra di Sulut saat ini rata-rata berkisar yakni 50 persen, atau lebih dikenal dengan istilah fifty fifty,” kata Emil.
Dengan harga Rp680 ribu per kuintal (100 kg) maka yang diterima petani hanya Rp340 ribu per kuintal, harga tersebut belum terhitung biaya penggarapan lahan kebun kelapa yang jumlahnya cukup tinggi saat ini,” kata Emil.
“Tingginya biaya produksi petani kelapa sudah terjadi sejak beberapa tahun silam, dan ini sulit dirubah lagi kendati harga kopra mahal ataupun dinilai murah,” kata Emil.(abm)
MANADO – Harga kopra di tingkat petani terus melorot ke kisaran Rp6.800 per kilogram, atau turun hampir 10 persen dibanding harga awal bulan yang masih di kisaran Rp8 ribu, membuat petani kelapa Provinsi Sulawesi Utara (Sulut) semakin terpukul.
“Pergerakan harga kopra sangat drastis, ini sangat menyulitkan bagi petani kelapa ditengah semakin mahalnya bahan kebutuhan pokok masyarakat saat ini,” kata Sekjen Asosiasi Petani Kelapa Sulut (Apeksu), Emil Mamesah, Jumat (24/6)
Emil, mengatakan, proses pengolahan biji kelapa menjadi kopra, butuh biaya yang sangat tinggi, karena sekitar separuh dari total pendapatan yang seharusnya diterima petani kelapa jatuh menjadi biaya.
“Biaya produksi kelapa yang dibayarkan epada buruh pengolah kopra di Sulut saat ini rata-rata berkisar yakni 50 persen, atau lebih dikenal dengan istilah fifty fifty,” kata Emil.
Dengan harga Rp680 ribu per kuintal (100 kg) maka yang diterima petani hanya Rp340 ribu per kuintal, harga tersebut belum terhitung biaya penggarapan lahan kebun kelapa yang jumlahnya cukup tinggi saat ini,” kata Emil.
“Tingginya biaya produksi petani kelapa sudah terjadi sejak beberapa tahun silam, dan ini sulit dirubah lagi kendati harga kopra mahal ataupun dinilai murah,” kata Emil.(abm)