TOMOHON – Sejak dinaikkan statusnya menjadi siaga level III pada 27 Juni 2011 hingga kini telah terjadi sebanyak 508 kali letusan dari kawah Tompaluan, Gunung Lokon, di Provinsi Sulawesi Utara.
“Tanggal 26 Juni 2011 terjadi letusan freatik. Letusan freatik terjadi ketika magma yang sedang bergerak naik ke atas bersentuhan dengan air tanah dan terbentuk uap panas bertekanan tinggi,” kata Kepala Pos Pengamatan Gunung Api Lokon dan Mahawu di Kakaskasen, Kota Tomohon, Farid Ruskanda Bina di Tomohon, Selasa (27/9).
Letusan ini bisa saja menjadi letusan pembuka untuk sebuah letusan yang lebih besar, kata dia.
Berdasarkan data di pos pengamatan gunung api, satu hari setelah terjadi letusan freatik, status Gunung Lokon dinaikkan dari waspada level II menjadi siaga level III. Hampir dua pekan berselang, pada 10 Juli statusnya kembali dinaikkan dari siaga level III ke awas level IV.
Setelah dinaikkan statusnya menjadi awas, kata Farid, letusan-letusan kecil mulai terjadi. Puncaknya, letusan besar terjadi pada 14 Juli 2011 dan 17 Juli 2011 dengan ketinggian debu diperkirakan mencapai 2.500 meter dari bibir kawah.
“Tanggal 24 Juli 2011 statusnya kembali diturunkan dari awas level IV menjadi siaga level III dengan radius bahaya sekitar tiga kilometer. Waktu itu, meski diturunkan menjadi siaga namun letusan-letusan masih terjadi,” katanya.
Setelah diturunkan ke status siaga, Gunung Lokon juga sempat meletus pada 17 Agustus 2011 dan 28 Agustus 2011. Saat terjadi dua letusan tersebut diiringi dentuman yang cukup keras serta gempa yang menggoyang-goyang tiang serta kusen rumah warga.
Sejak Juni 2011 terjadi dua kali letusan. Bulan berikutnya, Juli, terjadi 82 letusan. Sedangkan bulan Agustus terjadi sebanyak 109 letusan. Di bulan September hingga 27 Juli pukul 08.56 WITA tercatat sebanyak 305 letusan.(don)
TOMOHON – Sejak dinaikkan statusnya menjadi siaga level III pada 27 Juni 2011 hingga kini telah terjadi sebanyak 508 kali letusan dari kawah Tompaluan, Gunung Lokon, di Provinsi Sulawesi Utara.
“Tanggal 26 Juni 2011 terjadi letusan freatik. Letusan freatik terjadi ketika magma yang sedang bergerak naik ke atas bersentuhan dengan air tanah dan terbentuk uap panas bertekanan tinggi,” kata Kepala Pos Pengamatan Gunung Api Lokon dan Mahawu di Kakaskasen, Kota Tomohon, Farid Ruskanda Bina di Tomohon, Selasa (27/9).
Letusan ini bisa saja menjadi letusan pembuka untuk sebuah letusan yang lebih besar, kata dia.
Berdasarkan data di pos pengamatan gunung api, satu hari setelah terjadi letusan freatik, status Gunung Lokon dinaikkan dari waspada level II menjadi siaga level III. Hampir dua pekan berselang, pada 10 Juli statusnya kembali dinaikkan dari siaga level III ke awas level IV.
Setelah dinaikkan statusnya menjadi awas, kata Farid, letusan-letusan kecil mulai terjadi. Puncaknya, letusan besar terjadi pada 14 Juli 2011 dan 17 Juli 2011 dengan ketinggian debu diperkirakan mencapai 2.500 meter dari bibir kawah.
“Tanggal 24 Juli 2011 statusnya kembali diturunkan dari awas level IV menjadi siaga level III dengan radius bahaya sekitar tiga kilometer. Waktu itu, meski diturunkan menjadi siaga namun letusan-letusan masih terjadi,” katanya.
Setelah diturunkan ke status siaga, Gunung Lokon juga sempat meletus pada 17 Agustus 2011 dan 28 Agustus 2011. Saat terjadi dua letusan tersebut diiringi dentuman yang cukup keras serta gempa yang menggoyang-goyang tiang serta kusen rumah warga.
Sejak Juni 2011 terjadi dua kali letusan. Bulan berikutnya, Juli, terjadi 82 letusan. Sedangkan bulan Agustus terjadi sebanyak 109 letusan. Di bulan September hingga 27 Juli pukul 08.56 WITA tercatat sebanyak 305 letusan.(don)