TAHUNA – Pertikaian di Cikeusik, dimana terjadi penyerangan terhadap umat Ahmadiyah serta pengrusakan gereja dan sekolah di Temanggung yang terjadi dalam kurun waktu berdekatan merupakan pukulan telak terhadap lemahnya deteksi kemanan di tengah masyarakat.
Menyikapi persoalan ini Ketua GP Ansor Sangihe, Nader Baradja, angkat bicara, dengan mengutuk konflik yang berujung tindakan anarkis tersebut.
Ditemui beritamanado, Jumat (11/02), bahwa konflik yang terjadi berbau SARA ini jelas ditungangi oleh oknum-oknum tertentu yang sepenuhnya teroragnisir dengan baik. “Kedua konflik yang terjadi tersebut jelas dirancang dengan baik dan punya skenario yang sangat jelas. Saya kira aparat kepolisian mengetahui secara pasti menyangkut perencanaan konflik dimaksud,” tegas Baradja.
Bardaja melanjutkan, bahwa kerusuhan tersebut kuat dugaan ditunggangi dan merupakan skenario pengalihan isu terhadap berbagai persoalan pemerintahan yang sekarang ini mulai mehangat, tetapi teredam akibat munculnya konflik ini.
“Bukti kongkritnya adalah penemuan selendang berwarna biru yang digunakan massa untuk menyerang gedung gereja di Temanggung merupakan salah satu bukti awal bahwa massa yang melakukan tindakan anarkis tersebut telah diatur oleh kalangan tertentu, untuk melakukan tindakan berbau SARA,” tegas Baradja kembali.
Karena itu, tokoh Muslim yang terkenal vokal ini memintah adanya pembentukan tim pencari fakta terhadap munculnya dua kerusuhan dimaksud. “Aparat kepolisian jangan membiarkan masalah ini tanpa ada penyelesaian jelas, jangan hanya menangkap pelaku maupun provokatornya tetapi aktor dibalik penyerangan terhada umat Ahmadiyah maupun pembakaran gereja harus diungkap tuntas. Sebab kalau hanya menangkap pelaku maupun provokatornya tidak akan menyelesaikan persoalan dan acaman kerusuhan lain yang dikaitkan dengan SARA akan terus muncul bila sang aktor pembuat skenario ini tidak bisa ditangkap,” tegasnya. (Gun Takalawangeng)
TAHUNA – Pertikaian di Cikeusik, dimana terjadi penyerangan terhadap umat Ahmadiyah serta pengrusakan gereja dan sekolah di Temanggung yang terjadi dalam kurun waktu berdekatan merupakan pukulan telak terhadap lemahnya deteksi kemanan di tengah masyarakat.
Menyikapi persoalan ini Ketua GP Ansor Sangihe, Nader Baradja, angkat bicara, dengan mengutuk konflik yang berujung tindakan anarkis tersebut.
Ditemui beritamanado, Jumat (11/02), bahwa konflik yang terjadi berbau SARA ini jelas ditungangi oleh oknum-oknum tertentu yang sepenuhnya teroragnisir dengan baik. “Kedua konflik yang terjadi tersebut jelas dirancang dengan baik dan punya skenario yang sangat jelas. Saya kira aparat kepolisian mengetahui secara pasti menyangkut perencanaan konflik dimaksud,” tegas Baradja.
Bardaja melanjutkan, bahwa kerusuhan tersebut kuat dugaan ditunggangi dan merupakan skenario pengalihan isu terhadap berbagai persoalan pemerintahan yang sekarang ini mulai mehangat, tetapi teredam akibat munculnya konflik ini.
“Bukti kongkritnya adalah penemuan selendang berwarna biru yang digunakan massa untuk menyerang gedung gereja di Temanggung merupakan salah satu bukti awal bahwa massa yang melakukan tindakan anarkis tersebut telah diatur oleh kalangan tertentu, untuk melakukan tindakan berbau SARA,” tegas Baradja kembali.
Karena itu, tokoh Muslim yang terkenal vokal ini memintah adanya pembentukan tim pencari fakta terhadap munculnya dua kerusuhan dimaksud. “Aparat kepolisian jangan membiarkan masalah ini tanpa ada penyelesaian jelas, jangan hanya menangkap pelaku maupun provokatornya tetapi aktor dibalik penyerangan terhada umat Ahmadiyah maupun pembakaran gereja harus diungkap tuntas. Sebab kalau hanya menangkap pelaku maupun provokatornya tidak akan menyelesaikan persoalan dan acaman kerusuhan lain yang dikaitkan dengan SARA akan terus muncul bila sang aktor pembuat skenario ini tidak bisa ditangkap,” tegasnya. (Gun Takalawangeng)